Selasa 06 Apr 2021 16:31 WIB

Ahli Gizi Beri Saran Makanan Paling Sehat untuk Ramadhan

Umat Islam yang berpuasa Ramadhan disarankan konsumsi makanan sehat.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Sebuah hidangan berbuka puasa Ramadhan di salah satu keluarga Muslim di Jerman. (ILUSTRASI)
Foto: Deutsche Welle/Christoph Strack
Sebuah hidangan berbuka puasa Ramadhan di salah satu keluarga Muslim di Jerman. (ILUSTRASI)

REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI -- Umat Muslim seluruh dunia tinggal menunggu beberapa hari untuk merayakan Bulan Suci Ramadhan. Konsultan ahli gizi Dubai telah mencatat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan selama menjalankan puasa, terkait dengan pandemi Covid-19.

Sejauh ini, puasa telah terbukti meningkatkan kondisi kesehatan seseorang secara umum. Hal ini merupakan salah satu alasan puasa berubah menjadi gaya hidup, seperti puasa berselang.

Baca Juga

Ahli gizi dari Rumah Sakit Medeor, Juliot Vinolia, menyebut umat Muslim perlu berhati-hati dalam menjalankan puasa. Terlebih, saat ini Covid-19 sedang aktif bertransisi ke dalam berbagai bentuk.

"Beberapa varian menyebar secara agresif dan mudah di antara kaum muda. Kemanjuran vaksin yang dikembangkan saat ini terhadap varian terbaru masih dalam penelitian," kata dia dikutip di Gulf Today, Selasa (6/4).

Efek jangka panjang Covid-19 bagi penyintas disebut kemungkinan menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi, untuk penyakit kronis dan kondisi auto-imun lainnya.

Tak hanya itu, Vinolia menyebut mutasi varian ganda ini mungkin berlanjut selama beberapa tahun, dan berubah menjadi endemik. Setiap pihak tidak memiliki pilihan, selain meningkatkan fungsi kesehatan dan kekebalan.

Dia menekankan setiap orang, khususnya yang dalam kondisi positif Covid-19, pasca-Covid dan yang divaksinasi, harus memperhatikan asupan air. Setiap pihak wajib terhidrasi dengan baik sepanjang tahun.

"Virus Covid-19 dapat memicu peningkatan sitokin, yang menjadi faktor inflamasi dan pembekuan darah dalam tubuh. Kondisi dehidrasi semakin memperumit efek samping dari respons inflamasi dari virus atau vaksin yang aktif," ujarnya.

Terkait puasa, ia menegaskan kembali manfaat kesehatan dari ibadah ini. Manfaat tersebut telah dibuktikan dalam penelitian hewan dan manusia dari dekade 1980-an.

Penelitian tersebut menunjukkan puasa memungkinkan sel-sel tubuh, jaringan dan organ untuk beristirahat. Mereka diremajakan dan dipulihkan, sambil mengurangi peradangan dan stres oksidatif.

Ia lantas menyarankan non-Muslim juga menjalankan puasa Ramadhan yang sehat. Vinolia menunjukkan puasa adalah cara melawan Covid-19, karena lebih sedikit asupan karbohidrat tinggi yang membebani tubuh.

Karbohidrat tinggi disebut membuat seseorang menjadi lesu. Puasa juga membuat seseorang mengurangi asupan gula olahan, yang dapat memberi makan zona patogen, stres oksidatif dan kerusakan jaringan yang menyebabkan kanker, risiko mutasi genetik, dan tingkat infertilitas yang lebih tinggi.

"Dengan menerapkan puasa yang sehat dalam waktu terbatas, sejalan dengan lingkungan dan pikiran yang sehat, kita dapat mengurangi ketergantungan terhadap vaksin di masa depan. Puasa juga mengurangi pemborosan makanan dan pemanasan global," kata dia. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement