REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda, ternyata kegiatan pertanian malah naik daun. Bagi masyarakat di pedesaan, pertanian memang bukan kegiatan yang asing.
Bagaimana dengan masyarakat kota? Ternyata pertanian kota (urban farming) pun bisa dilakukan.
Pertanian kota kini menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan di tengah pandemi Covid-19. Dan banyak orang yang menjadikan kegiatan bercocok tanam menjadi hiburan sekaligus hobi, bahkan bisnis.
Bercocok tanam tidak melulu dari pola konvensional yang membutuhkan lahan yang luas. Akan tetapi, dapat juga adaptif dengan kehidupan masyarakat perkotaan.
Salah satu penerapan pertanian urban yang dapat dilakukan pada pekarangan rumah, yakni hidroponik. Sistem tanaman hidroponik adalah salah satu cara bertanam menggunakan media air.
Lantaran tanpa tanah tentu saja formulasi nutrisi cair yang dipilih harus terjamin. Air harus mengandung campuran hara atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Tanaman yang biasanya ditanam secara hidroponik adalah tanaman hortikultura berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Cara bertanam hidroponik salah satunya bisa dengan memanfaatkan pipa air. Untuk menjamin sirkulasi nutrisi, dalam rangkaian pipa air disiapkan alat pompa dengan kapasitas tertentu. Selain nutrisi, hal yang perlu diperhatikan dalam membuat hidroponik adalah suhu dan intensitas cahaya.
Slamet Riyanto contohnya. Pria yang pensiun sejak pertengahan tahun 2020 dari Republika itu, kini disibukkan dengan menekuni tanaman hidroponik sebagai tambahan penghasilan. Pak Yanto, begitu dia biasa disapa menjelaskan, menanam dengan media tanah membutuhkan pengetahuan lebih untuk mengukur hara yang dibutuhkan tanaman.
"Kalau media tanah gambling saja. Hidroponik bisa ukur hara-nya, setiap tanaman ada ukuran unsur hara," ujar dia.
Dalam berhidroponik, dia tidak sendirian. Ia pun tergabung dalam Maharaja Urban Farming (MUF), komunitas hidroponik di lingkungan rumahnya.
Baginya komunitas itu adalah wahana untuk berbagi ilmu tentang bercocok tanam sayur dan buah baik untuk pemula atau sudah skala bisnis. Selain itu MUF juga memberikan kesempatan kepada anggota untuk bisa memasarkan hasil produksinya.
Ia pun tidak segan-segan membagikan pengetahuannya kepada siapa saja. Ilmu hidroponik yang diperoleh pun didapat dari pertemanan hingga sosial media.
"Saya lulusan FISIP (fakultas ilmu politik), tapi teman saya banyak juga dari IPB (Institut Pertanian Bogor), saya juga belajar dari internet," ucapnya.
Ia mengaku telah memiliki 200 lubang tanam untuk berbagai macam sayuran, seperti sawi, lettuce, dan cabai di pekarangan rumahnya. Dari lubang tanam itu, kesempatan menambah penghasilan pun dimungkinkan dari menjual hasil panen tanaman.
"Kalau panen bareng, di-broadcast hari ini besoknya habis. Kadang ada yang langsung borong semuanya," ucapnya.
Menurutnya, tanaman hidroponik memiliki keunggulan seperti unsur nutrisi lebih tinggi, higienis, lebih cepat panen dan tanpa mengandung pestisida. Hal itu yang membuat tanaman hidroponik diminati masyarakat.
Ia memaparkan, lahan satu meter persegi dengan instalasi hidroponik bertingkat bisa menghasilkan sekitar 50 lubang tanam. Terdapat beberapa jenis sayuran daun paling diminati untuk hidroponik, seperti sawi, bayam, kangkung, selada, hingga kemangi.
Selain aspek bisnis, aspek ekonomi juga dapat dirasakan dalam rumah tangga bagi penggiat pertanian kota, yakni pemangkasan biaya konsumsi rumah tangga terhadap pangan segar. Dengan sederet keuntungan yang diperoleh dari menanam di rumah, sepertinya tidak ada alasan lagi bagi penduduk perkotaan untuk tidak mulai menanam. Dengan begitu, setidaknya dapat menghemat anggaran pengeluaran kebutuhan pangan rumah tangga.