REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan tiga unit helikopter guna menjangkau distribusi logistik di beberapa desa yang terisolasi pascaterputusnya akses diakibatkan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tiga Helikopter itu berjenis Heli MI-8 dengan daya angkut delapan ton, heli Kamov 32 A dengan daya angkut lima ton, dan heli EC-115 dengan kapasitas dua belas tempat duduk.
"Dengan adanya kesulitan aksesibilitas, saya rasa ini salah satu solusi menjangkau lokasi yang terisolasi," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati di Jakarta, Selasa (6/4).
Dua helikopter difungsikan untuk menjangkau distribusi logistik di beberapa desa yang terisolir akibat terputusnya akses diakibatkan longsor. Kemudian satu helikopter lainnya untuk mengakomodasi para warga yang membutuhkan pertolongan darurat terutama kelompok rentan, untuk dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Selain itu, helikopter juga mengangkut para tenaga medis yang ditugaskan di posko penanganan darurat. BNPB melakukan koordinasi dengan TNI-Polri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, Gubernur NTT, Bupati Flores Timur, BPBD Flores Timur, dan tim gabungan lainnya untuk segera menambah alat berat guna proses evakuasi terhadap korban yang tertimbun lumpur.
Di samping itu penyediaan bahan logistik dan non logistik juga sudah terdistribusi di beberapa lokasi terdampak. Hal ini sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo, untuk melakukan percepatan penanganan darurat banjir bandang di wilayah NTT dan NTB.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa jumlah korban jiwa akibat bencana alam yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Selasa pukul 15.00 WIB sebanyak 86 orang menurut hasil verifikasi data.
"Jadi, kesepakatan kemarin yang dinyatakan meninggal dunia yang telah ditemukan jenazahnya dan telah terverifikasi," kata Raditya Jati.
Siklon Seroja menerjang wilayah selatan NTT pada 4 April 2021 menyebabkan angin kencang, tanah longsor, dan banjir bandang di Kota Kupang serta Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembara, Ngada, Alor, Sumba Timur, Sabu Raijua, Rote Ndao, Timor Tengah Selatan, dan Ende.
Selain merenggut korban jiwa, Raditya menjelaskan, bencana alam itu menyebabkan 98 orang hilang dan 146 orang terluka serta berdampak terhadap 2.683 warga.