Rabu 07 Apr 2021 13:26 WIB

Bupati Hamim Kaget Temukan Fakta 11 Siswa SMP Menikah

Penyebab pelajar menikah karena terlalu lama tak ada pembelajaran di sekolah.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pernikahan dini di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, marak akibat siswa terlalu lama belajar di rumah.
Foto: Republika/Mardiah
Pernikahan dini di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, marak akibat siswa terlalu lama belajar di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Bupati Bone Bolango di Provinsi Gorontalo, Hamim Pou, menyebutkan, 11 pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di daerah itu memutuskan menikah muda saat pandemi Covid-19 karena terlalu lama tidak ada pembelajaran di sekolah.

"Kita menemukan di banyak tempat karena terlalu lama tidak ada pembelajaran di sekolah, membuat banyak kejadian yang memilukan," ujar Hamim di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (7/4).

Hamim mengaku terkejut ada 11 siswa di wilayahnya yang menikah muda. "Mereka kawin muda, padahal tidak boleh itu. Ada 11 siswa SMP di Bone Bolango ini sudah kawin," katanya.

Padahal, dia menambahkan, menurut Undang-Undang (UU) Perkawinan, usia pernikahan itu sudah diatur dan ditentukan batas minimal umur perempuan dan laki-laki. "Kalau menikah dalam usia atau umuran SMP, tentu ini melanggar UU Perkawinan tersebut," ungkap Hamim.

UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan, batas minimal usia untuk melakukan perkawinan bagi perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun. Hamim pun merasa khawatir kalau pembelajaran tatap muka di sekolah tidak kunjung dibuka, banyak terjadi siswa-siswi yang kawin muda atau tidak kawin, tapi ada perempuan-perempuan yang melahirkan dan tidak diketahui siapa ayahnya.

Baca juga: Senyum Yuliana pada Hari Pertama Uji Coba Sekolah Tatap Muka

"Tidak ada tanggung jawabnya. Mereka hanya pukul lari atau coba-coba dan sebagainya," ujar Hamim. Dia menuturkan, di Benua Asia, Indonesia salah satu negara yang hingga kini belum melakukan pembelajaran secara tatap muka.

Oleh karena itu, Hamim mendorong pembelajaran tatap muka ini cepat-cepat dilakukan. Selain karena sudah terlalu lama, ia khawatir semakin menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM). "Makanya, saya ingin kita di sini bisa berembuk dan bagaimana sikap pemda terkait rencana pembukaan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19 ini," ujar Hamim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement