Rabu 07 Apr 2021 14:53 WIB

Popularitas Kopi di Barat dan Tantangan untuk Dunia Islam  

Kopi adalah minuman halal yang dicetuskan di dunia Islam

Kopi adalah minuman halal yang dicetuskan di dunia Islam. Kopi (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kopi adalah minuman halal yang dicetuskan di dunia Islam. Kopi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fahmi Amhar* 

Pada masa Nabi Muhammad SAW, minuman halal yang dikenal belum ba nyak. Orang baru mengenal air, madu, susu, dan rendaman buah kurma. Namun, dalam At Tathbikh karya Ibn Sayyar Al Warraq (abad ke-10 hingga 11 M) disebut aneka minuman dicampur susu atau madu sebagai pemanis.

Baca Juga

Jahe dan kopi disebut dalam kitab itu, meski belum dalam bentuk yang orang menikmatinya hari ini. Di Alquran pun di singgung tentang jahe sebagai minuman ahli surga. 

"وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا “Di surga itu, mereka di beri minum segelas (minuman) yang campurannya jahe.” (QS al-Insaan [76]:17). 

Namun, wedang jahe hingga kini belum populer sebagai minuman menyehatkan. Di seluruh dunia, belum ditemukan satu pun laboratorium penelitian jahe atau program studi minuman jahe di perguruan tinggi mana saja di seluruh negeri Muslim. Malu kita dengan orang Jerman yang serius mengembangkan teknologi miras. Hal di luar dugaan justru kopi.

Walaupun biji kopi ditemukan di Etiopia, budi daya kopi di perkebunan ada di Yaman sejak abad ke-6 Hijriyah (abad ke-13 M). Kopi konon ditemukan Syekh Asy Syazili, wali yang makamnya dianggap keramat di Mocha (Mukha, Yaman Selatan). 

Kopi lalu menjadi minuman penting, setelah orang Arab menemukan cara yang pas menyajikannya. Sebelumnya, kopi di nikmati tidak dengan diseduh, tetapi dimakan dengan cara dibungkus lemak binatang. Kopi akhirnya menjadi minuman populer orang Islam.

Konon di mana ada dakwah, baik di wilayah Turki, Balkan, Afrika maupun Asia, kopi ikut tersebar. Lalu, timbul pelabelan, kopi itu minuman orang Islam. Dari kebiasaan ngopi beberapa komunitas tarekat di abad ke- 14 M, beberapa orde sufi menyajikan kopi terbaik guna menarik jamaah mendatangi acara mereka pada malam hari. Para pelancong mampir ke Yaman dalam perjalanan haji, tertarik dengan kebiasaan itu.

Budaya minum kopi mengalami inovasi sehingga perlahan menjadi alternatif kebiasaan minum khamar, yang belum sepenuhnya lenyap. Inovasi ngopi ini akhirnya menciptakan komunitas mengasyikkan, menjelang sholat malam. Menurut Claudia Rosen, Eropa baru menikmati harumnya kopi di abad ke-17 ketika pada 1615, pedagang Venesia membawa kopi ke Eropa. Kopi menggebrak seisi benua itu. 

Di Italia, gereja sempat mengkhawatirkan beredarnya minuman temuan pahit setan dan meminta Paus Clament VIII melarangnya. Namun, Paus justru terkesan dengan cita rasa kopi. Baginya, sayang sekali jika kopi hanya menjadi minuman eksklusif Muslim.

Sejak itu, kopi tak terbendung lagi di Eropa bahkan dunia. Sayangnya, merek kopi dan rumah kopi mendunia seperti Starbucks, bukan dari negeri Islam. Padahal, biji kopinya ditanam di dunia Islam. Lagi-lagi, umat Islam tertantang mengembangkan minuman halal dengan teknologi yang tak menjajah, tapi justru membebaskan dunia dari penjajahan.

 

*Anggota Ikatan Alumni Program Habibie dan Alumnus Vienna University of Technology, Austria   

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement