Petani Bawang di Bantul Masih Terkendala Kemandirian Benih
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Petani bawang (ilustrasi) | Foto: Antara/Ampelsa
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bantul merupakan salah satu daerah penghasil bawang merah di DIY. Ada dua kecamatan yang menjadi sentra bawang merah yaitu Kecamatan Kretek dan Imogiri.
Sebagai sentra bawang merah, masih ada kendala yang dihadapi oleh petani bawang merah di Bantul. Terutama kendala terkait dengan kemandirian benih.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Miyono mengatakan, penyediaan benih bawang putih di Bantul masih tergantung dari luar daerah. Hal ini menyebabkan biaya produksi menjadi mahal, salah satunya di Padukuhan Nawungan, Imogiri, Bantul.
Dengan total luasan tanam 120 hektare pada musim tanam raya katanya, setidaknya dibutuhkan 120 ton benih bawang merah. Sebab, satu hektare luasan tanam membutuhkan satu ton benih bawang merah.
"Jika dirupiahkan harga benih Rp 40 ribu per kilogram, maka biaya yang dibutuhkan untuk satu kali masa tanam sebesar Rp 4,8 miliar," kata Miyono dalam keterangan resminya, Selasa (6/4).
Untuk itu, pihaknya menyusun peta jalan klaster bawang merah dalam rangka menuju kemandirian benih di Nawungan. Di 2021 ini pihaknya akan fokus pada upaya menuju Nawungan mandiri benih dengan dilakukannya beberapa kegiatan.
Mulai dari sekolah lapang perbenihan bawang merah, demonstration farm (Demfarm) perbenihan bawang merah ramah lingkungan seluas satu hektare, intervensi teknologi digital farming pada hulu-hilir dan dukungan sarana prasarana gudang benih melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). Dijadwalkan, program tersebut akan dilaksanakan secara multiyears mulai 2021 hingga 2023 nanti yang bekerja sama dengan berbagai pihak.
"Dalam upaya pengendalian inflasi dari sisi suplai bawang merah, Kantor Perwakilan BI DIY melaksanakan Program Pengembangan Klaster Bawang Merah," ujarnya.
Melalui seluruh kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan memajukan pertanian bawang merah di Bantul. Hal ini, kata Miyono, juga akan berdampak pada pengendalian inflasi di DIY.
Miyono menjelaskan, secara keseluruhan produksi bawang merah di DIY dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY di 2020 produksi bawang merah mencapai 191.468 kuintal.
"(Jumlah produksi bawang merah di 2020 tersebut) Meningkat dibandingkan pada 2019 sebesar 169.985 kuintal dan 2018 sebesar 149.497 kuintal," jelas Miyono.
Jumlah produksi bawang merah di DIY tersebut ditopang oleh Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulonprogo. Di 2020 Bantul berkontribusi 49,6 persen dari total produksi bawang merah.
Hal ini menunjukkan bahwa Bantul merupakan sentra produksi bawang merah potensial di DIY. Sehingga, menurut Miyono perlu adanya langkah dalam memajukan pertanian bawang merah di Bantul seperti yang saat ini mulai dilakukan di Padukuhan Nawungan, Imogiri, Bantul.
"Kawasan ini mempunyai potensi pertanian bawang merah yang dikembangkan secara ramah lingkungan dengan total luas tanam 120 hektare. Sekaligus potensi pariwisata yang dikelola sedemikian rupa, sehingga memiliki daya tarik wisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan," katanya.