Kamis 08 Apr 2021 09:29 WIB

Defisit Perdagangan AS Meningkat Seiring Pemulihan Ekonomi

Pemulihan ekonomi AS didorong semakin masifnya penerima vaksin Covid-19.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Virginia, Amerika Serikat. Defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) melonjak ke rekor tertinggi pada Februari 2021.
Foto: AP Photo/Steve Helber
Aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Virginia, Amerika Serikat. Defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) melonjak ke rekor tertinggi pada Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) melonjak ke rekor tertinggi pada Februari 2021. Hal ini terjadi karena aktivitas ekonomi negara adidaya tersebut pulih lebih cepat dibandingkan negara lain yang menjadi pesaing globalnya.

Defisit perdagangan ini pun diperkirakan akan tetap meningkat pada tahun ini. Stimulus fiskal besar-besaran yang digelontorkan pemerintah AS diharapkan dapat memacu pertumbuhan tercepat dalam hampir empat dekade.

Ekonomi AS mulai pulih karena peningkatan jumlah orang yang menerima vaksinasi Covid-19. Selain itu, stimulus dari Gedung Putih senilai 1,9 triliun dolar AS turut meningkatkan permintaan domestik.

Hal ini ditambah pula dengan Presiden Joe Biden yang mengusulkan rencana infrastruktur senilai 2 triliun dolar AS. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak impor dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Defisit bisa tetap besar tahun ini dan tahun depan karena stimulus fiskal dan paket infrastruktur potensial yang bisa lolos pada paruh kedua tahun ini, karena ekonomi terus menguat, ini akan membuat defisit tetap lebar,” kata ekonom senior di Moody's Analytics di West Chester, Pennsylvania, Ryan Sweet, dikutip Reuters, Kamis (8/4). 

Defisit perdagangan melonjak 4,8 persen ke rekor 71,1 miliar dolar AS pada Februari lalu. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang hanya sebesar 70,5 miliar dolar AS. Kesenjangan perdagangan barang juga tercatat sebagai yang tertinggi.

Sementara itu, ekspor turun 2,6 persen menjadi 187,3 miliar dolar AS. Ekspor barang jatuh 3,5 persen menjadi 131,1 miliar dolar AS. Penurunan tersebut disebabkan oleh pengiriman barang modal, yang turun 2,5 miliar dolar AS.

Ekspor barang konsumen turun seperti halnya kendaraan bermotor, suku cadang, dan mesin. Ekspor makanan juga turun lebih sedikit. Pandemi disebut tetap menjadi penghambat ekspor jasa, terutama perjalanan.

Impor turun 0,7 persen menjadi 258,3 miliar dolar AS. Impor barang turun 0,9 persen menjadi 219,1 miliar dolar AS. Penurunan tersebut kemungkinan besar mencerminkan kendala rantai pasokan, bukan permintaan domestik yang lemah. Adapun impor barang modal mencapai rekor tertinggi didorong oleh pesawat sipil, peralatan medis, dan peralatan listrik.

Sedangkan impor pasokan dan bahan industri merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2018 lantaran impor minyak mentah senilai 1 miliar dolar AS. Hal itu mengakibatkan AS mencatat defisit minyak bumi pertamanya sejak Desember 2019.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement