Kamis 08 Apr 2021 09:56 WIB

'Tradisi Maaf-memaafkan tidak Miliki Batas Waktu'

Bermaaf-maafkan adalah suatu bentuk kebaikan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ani Nursalikah
'Tradisi Maaf-memaafkan tidak Miliki Batas Waktu'
Foto: republika
'Tradisi Maaf-memaafkan tidak Miliki Batas Waktu'

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Rasulullah sedang berkhutbah Jumat di bulan Sya’ban, beliau mengatakan amin tiga kali dan para sahabat yang mendengarnya terkejut dan spontan mengatakan amin pula. Namun mereka bingung mengenai alasan Rasulullah mengucapkan amin hingga tiga kali.

Ketika selesai sholat Jumat, mereka bertanya kepada Rasulullah dan beliau menjelaskan, “ketika aku sedang berkhutbah, Jibril datang dan berbisik, hai Rasulullah, amin-kan doaku ini.”

Baca Juga

Doa yang dipanjatkan Jibril adalah, “Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad apabila sebelum memasuki Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal berikut, yaitu memohon maaf terlebih dulu pada kedua orang tudanya (jika masih hidup), bermaafan antara suami istri, dan bermaafan dengan orang-orang sekitarnya."

Ustadz Ahmad Zarkasih menjelaskan meminta maaf atau bermaaf-maafkan adalah suatu bentuk kebaikan, yang dalam syariat, dianjurkan untuk dilakukan. Bukan hanya menjelang Ramadhan namun tidak dibatasi oleh waktu.

“Meminta maaf itu kebaikan yang tidak pernah dibatasi oleh waktu. Jadi kapan saja boleh, dan tidak perlu dicari dasar hukumnya, karena itu ibadah yang dianjurkan,” kata peneliti di Rumah Fiqih Indonesia kepada Republika.co.id, Senin (5/4).

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement