REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hoaks yang beredar soal Covid-19 dan vaksinasi masih berlanjut. Pemerintah berupaya menanggulangi sebaran hoaks agar tidak menjadi beban penghalang bagi kelancaran proses vaksinasi.
Communication for Development Specialist UNICEF, Rizky Ika Syafitri, mengatakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan pernah kecolongan saat vaksinasi campak rubela. "Dulu 2017 dan 2018, Kemenkes pernah melakukan kampanye vaksin campak rubela, dan salah satu alasan targetnya tidak tercapai karena banyak hoaks yang beredar," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (8/4).
Menurut dia, WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia menempatkan hoaks atau misinformasi sebagai salah satu ancaman global terhadap kesehatan masyarakat.
“KPCPEN, Satgas Penanganan Covid-19, dan Kementerian Kesehatan sampai membuat task force sendiri untuk menangani hoaks. Sedikitnya ada lima hoaks baru yang tersebar setiap hari, sementara untuk mengklarifikasinya perlu proses,” katanya.
Rizky menyebut masyarakat perlu dibekali dengan kemampuan literasi digital untuk memahami tidak semua informasi yang bersumber dari internet itu benar. Adapun strategi lain, yakni melakukan edukasi kepada masyarakat dan dipersiapkan terlebih dahulu mengenai informasi jika ada pihak yang tidak ingin bangsa ini keluar dari pandemi.
Baca juga : Dua Hal yang tak Lagi Perlu Dilakukan untuk Cegah Covid-19
“Sehingga, saat masyarakat menerima hoaks mereka sudah tahu jenis- jenis dan tidak terpengaruh dengan hoaks tersebut,” ujar dia menjelaskan.