Kamis 08 Apr 2021 18:45 WIB

Main Mata Iran dan China, Tameng Adang Amerika Serikat?

Republik Islam Iran menjalin hubungan erat dengan China

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Republik Islam Iran menjalin hubungan erat dengan China. Bendera Iran
Foto: Tehran Times
Republik Islam Iran menjalin hubungan erat dengan China. Bendera Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN—Saat sebagian negara memasok vaksin Covid-19 untuk menghentikan penyebaran virus, Iran justru menganggap perjanjiannya dengan China sebagai upaya untuk melawan Barat, terutama sanksi Amerika Serikat.

Perjanjian yang dilakukan pada 27 Maret lalu, yaitu kedua negara sepakat untuk mendorong kerja sama strategis selama 25 tahun, dianggap para pejabat Iran sebagai penjamin keamanan kepentingan Republik Islam. 

Baca Juga

Dalam artikelnya, Ali Fathollah-Nejab dan Amin Naeni, peneliti di Universitas Tehran, menduga para politikus Iran menganggap bahwa kesepakatan itu tidak hanya akan meningkatkan ekonomi Iran, tetapi juga akan menciptakan aliansi yang stabil antara Iran dan "Timur" untuk melawan hegemoni dan ancaman Amerika Serikat.

Faktanya, perjanjian itu justru merupakan bagian dari orientasi kebijakan luar negeri Iran “Look to the East”, yakni Teheran mencoba untuk menyelaraskan diri dengan China dan Rusia untuk membentuk blok melawan unilateralisme Amerika Serikat.

Meskipun pandangan geopolitik ke arah timur ini menjadi preferensi kebijakan luar negeri Iran di bawah pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad pada 2000-an, hal itu kini muncul kembali di bawah kepresidenan Hassan Rouhani, tulis Naeni dan Nejab.

Pemerintahan Rouhani mengeklaim perjanjian 25 tahun itu adalah hasil dari penarikan Amerika Serikat dari JCPOA dan keengganan Uni Eropa untuk menghormati kewajiban ekonominya. 

Namun, untuk gambaran yang lebih akurat, sekiranya perlu melihat kembali peristiwa pada Januari 2016 ketika Presiden China Xi Jinping berkunjung ke Teheran, dimana kedua belah pihak mengumumkan kesediaan mereka untuk merundingkan kesepakatan kerja sama bilateral selama seperempat abad.

Pada musim panas 2020, ketika prospek kesepakatan dengan China menjadi topik perdebatan panas di Iran, Tasnim, sebuah kantor berita yang berafiliasi dengan kelompok garis keras, menerbitkan artikel yang menekankan bahwa strategi “Look to the East” Iran dan kesepakatan 25 tahun dapat memainkan peran utama dalam mengamankan kepentingan Republik Islam.

"Bagian penting dari tantangan antara Republik Islam Iran dan Barat terkait dengan masalah identitas dan budaya, tapi dalam kasus pengembangan hubungan dengan China, ada kurang perhatian budaya karena budaya Tionghoa tidak agresif dan saat ini tidak dapat menimbulkan ancaman,” tulisnya. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement