Kamis 08 Apr 2021 22:38 WIB

Kemendikbud Minta PTM Hari Pertama tidak Diisi Materi Berat

Sekolah diharapkan bisa memperbaiki kondisi psikologis siswa di hari pertama PTM.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Mas Alamil Huda
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria saat meninjau uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di SMKN 2 Jakarta, Rabu (7/4).
Foto: Republika/Flori Sidebang
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria saat meninjau uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di SMKN 2 Jakarta, Rabu (7/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari pertama dalam pertemuan tatap muka (PTM) di sekolah diharapkan bisa memperbaiki kondisi psikologis siswa yang sejak pandemi melakukan belajar daring. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun berpesan agar hari pertama PTM, siswa tidak diberikan materi yang terlalu berat.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri, mengatakan, ada kemungkinan guru merasa memiliki utang materi yang harus diberikan kepada siswa. Hal ini jangan sampai kemudian membuat guru menumpahkan semua materi kepada siswa dalam waktu singkat.

"Mungkin karena merasa punya utang yang banyak, maka ditumpahkan pada hari pertama sekolah. Itu dilarang. Kita berharap, hari pertama masuk sekolah adalah memperbaiki kondisi psikologis anak-anak agar semangat kembali, sembari memberi penyuluhan tentang pentingnya hidup sehat," kata Jumeri, dalam telekonferensi, Kamis (8/4).

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan setelah guru dan tenaga kependidikan divaksin, sekolah wajib menyediakan pilihan pembelajaran tatap muka bagi siswanya. Namun, pembelajaran tatap muka ini terbatas dan dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Ia mengatakan, sebelum sekolah diperbolehkan tatap muka, harus memenuhi daftar periksa yang sudah ditetapkan Kemendikbud. Daftar periksa ini sama seperti yang dibuat pada Surat Keputusan Bersama (SKB) sebelumnya.

Selain itu, pembelajaran tatap muka terbatas ini wajib dilakukan rotasi siswa yang masuk. Sebab, maksimal siswa yang boleh berada di dalam kelas adalah 50 persen dari total sebelum pandemi.

Sekolah diberikan kebebasan memilih untuk melakukan pembelajaran tatap muka beberapa kali selama satu pekan. "Itu kan maksimal, artinya sekolah bebas memilih. Kalau dia mau melaksanakan tatap muka dua kali seminggu itu diperbolehkan, dia mau pecah menjadi tiga rombel juga bisa. Kita memberikan kebebasan sekolah itu menentukan," kata Nadiem.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement