REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klub sepak bola Rangers FC mengumumkan para pemain dan staf mereka akan memboikot media sosial selama sepekan ke depan. Pemboikotan dilakukan untuk menyoroti lemahnya sikap perusahaan media sosial dalam penanganan rasisme online.
Langkah ini dilakukan Rangers setelah pemain tengah Glen Kamara juga striker Alfredo Morelos dan Kemar Roofe menjadi target perlakuan rasisme di jejaring sosial.
"Setelah berbicara dengan sejumlah klub di Britania Raya, kami tahu keprihatinan ini dialami semua klub dan cukup fair bila disebut semua orang sudah habis kesabarannya terhadap lemahnya tindakan dari perusahaan media sosial," ungkap Managing Director Ranger FC, Stewart Robertson, dikutip BBC Sports, Jumat (9/4) WIB.
"Rangers berharap tindakan jelas dan langsung dilakukan oleh platform media sosial. Verifikasi dasar pengguna, sebagai bagian dari proses pendaftaran akun, untuk semua platform media sosial, akan memastikan pengguna teridentifikasi dan akuntabel untuk semua tindakan dan kata-kata mereka."
Rangers kabarnya telah mengatur pertemuan dengan Facebook dan Instagram untuk menyampaikan keprihatinan mereka. Robertson pun meminta pemerintah turun tangan dan menindak perusahaan media sosial yang belum mewajibkan penggunanya memverifikasi identitas mereka.
Pemain tengah Kamara merupakan salah satu yang menjadi sorotan terkait perlakuan rasisme di dunia sepak bola. Ia mengaku mengalami itu saat melawan Slavia Praha pada babak 16 besar Liga Eropa Maret lalu. Pemain Slavia Praha Ondrej Kudela menurutnya telah mengejeknya secara rasis.
Langkah klub sepak bola memboikot media sosial bukan hanya dilakukan Rangers. Pada Kamis sebelumnya Swansea City juga mengumumkan menyetop penggunaan media sosial selama sepekan.
"Sebagai sebuah klub, kami akan terus mempertimbangkan segala opsi untuk meningkatkan tekanan ke platform media sosial sampai mereka bekerja lebih proaktif untuk kepentingan masyarakat lebih luas" tambah Robertson.