REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak mempertanyakan makna dari tugu sepeda di kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat, yang saat ini dalam tahap pembangunan. Politikus PDIP itu menilai pembangunan tugu sepeda tak punya manfaat untuk masyarakat Jakarta.
"Tugu itu dibangun untuk menghormati seseorang atau sesuatu yang legendaris, dengan pengorbanan atau patriotiknya. Apa yg legendaris dari sepeda? sampai dibangunkan tugu di jalan protokol," kata Gilbert dalam pesan singkatnya di Jakarta, Jumat (10/4).
Politikus PDIP tersebut menilai tugu sepeda senilai Rp800 juta itu, tak punya manfaat buat masyarakat Jakarta dan tidak menunjukkan kebijakan yang memikirkan skala prioritas. Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta ini juga meminta Anies untuk membuat kebijakan yang jauh lebih berguna dan pro rakyat sebagaimana yang dilakukan pendahulunya.
Ketimbang membuat sesuatu yang kecil manfaatnya, lebih baik fokus pada berbagai permasalahan pelik lainnya di Jakarta saat ini seperti masalah penanganan banjir atau penuntasan Covid-19. "Kalau mau buat legacy, adalah dengan kebijakan yang pro rakyat seperti yang dilakukan para gubernur sebelumnya," kata Gilbert.
Lebih lanjut, Gilbert menyayangkan keberadaan Anies Baswedan yang jarang muncul pada awak media, bahkan untuk menjelaskan progres berbagai program yang telah dia buat pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017. Padahal menurut Gilbert, program-program itu hingga di penghujung masa jabatan Anies masih jauh dari target.
"Sekarang kesannya gubernur yang tidak bekerja optimal seperti menjelaskan kasus Formula E, Korupsi Sarana Jaya, Jaklingko, Rumah DP Rp0 yang jauh dari target dan lain-lain," tuturnya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal membangun tugu sepeda di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Pembangunan tugu sepeda di Jakarta merupakan bagian dari rencana pembuatan jalur sepeda permanen di kawasan Jakarta Pusat."Anggaran tugunya Rp800 juta," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria.
Politisi Gerindra itu menjelaskan, biaya yang dipakai membangun monumen itu tidak bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Uang itu didapatkan dari anggaran dari kewajiban pihak swasta yang nilainya Rp28 milar. "Tugu sepeda ini dapat anggaran dari kewajiban pihak swasta, pihak ketiga," tutur Riza.