REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dradjad Wibowo mengatakan bahwa produk pulp and paper Indonesia pernah diboikot Mattel, yang memproduksi Barbie.
“Terkait dengan isu keberlanjutan dan lingkungan, produk kita diboikot oleh perusahaan-perusahaan besar di luar negeri. Salah satunya yang memproduksi Barbie, yaitu Mattel. Mereka memboikot produk pulp and paper dari Indonesia,” kata Dradjad, dalam perbincangan dengan Republika.co.id, Sabtu (10/4). Boikot produk Indonesia, lanjut Dradjad, juga dialami pada produksi sawit.
Dradjad yang juga anggota Dewan atau Board dari Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), menjelaskan kasus pemboikotan terhadap pulp and paper asal Indonesia itu terjadi pada sekira satu dekade silam. Sebagai negara yang menjadi 10 pemain utama pulp and paper dunia, boikot ini membuat Indonesia babak belur. Ini terjadi sekitar 2009, 2010, 2011.
Isu lingkungan juga membuat industri furnitur Indonesia juga mengalami kesulitan. Untuk mengatasi ini, Dradjad mengatakan saat itu ia kemudian mengusulkan agar dibuat sertifikasi pengelolaan hutan lestari.
“Kami baru mulai lakukan sertifikasi tahun 2015, berasosiasi dengan Jenewa karena sertifikasi ini bukan hanya nasional, tapi bagian dari sertifikasi kehutanan terbesar di dunia,” kata Ketua Dewan Pakar PAN ini.