REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Surakarta menyiapkan uang sebesar Rp3,7 triliun pada periode Ramadhan dan Lebaran 1442 H."Uang rupiah ini disiapkan dalam seluruh jenis pecahan yang dibutuhkan masyarakat Soloraya dalam kondisi layak edar," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo di Solo, Jumat (9/4).
Ia mengatakan seiring geliat pemulihan aktivitas ekonomi, kebutuhan uang rupiah selama periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2021 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, uang yang disiapkan kali ini mengalami kenaikan sebesar 12,3 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp3 triliun.
Untuk meningkatkan dan memperluas pelayanan kebutuhan uang rupiah masyarakat termasuk layanan penukaran, pihaknya mengintensifkan kerja sama dengan perbankan, Perbarindo, Asbisindo, PT Pegadaian, dan PT Pos Indonesia."Mempertimbangkan kondisi yang masih dalam masa pandemi Covid-19, maka layanan kas keliling dan penukaran uang di ruang publik bersama perbankan ditiadakan. Namun, layanan penukaran uang kepada masyarakat dan instansi atau 'stakeholders' tetap dilakukan oleh perbankan di seluruh Soloraya termasuk BPR dan BPRS, Pegadaian, dan Pos Indonesia," katanya.
Pihaknya juga mengimbau agar layanan diberikan dengan mentaati protokol pencegahan Covid-19 yang diberlakukan pemerintah setempat, di antaranya kewajiban menggunakan masker, pemindaian suhu tubuh, dan penerapan jaga jarak."Untuk penukaran uang pecahan kecil akan dilayani di 194 titik loket layanan yang tersebar di kantor bank umum, BPR, Pegadaian, dan Pos Indonesia di seluruh wilayah Soloraya. Untuk waktu pelayanan setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis mulai tanggal 13 April-11 Mei 2021 sesuai jam layanan yang ditetapkan," katanya.
Ia mengatakan pada kegiatan tersebut masyarakat dapat menukarkan seluruh pecahan sesuai dengan kebutuhannya."Penukaran uang dilakukan baik dalam pecahan yang sama maupun pecahan lainnya. Pada prinsipnya kami tidak melakukan pembatasan jumlah penukaran, namun dalam pelaksanaannya perlu diatur agar terdapat pemerataan bagi masyarakat yang membutuhkan uang pecahan kecil tersebut," katanya.
Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan penukaran uang melalui jasa penukaran uang tidak resmi atau perantara lainnya mengingat beberapa risiko yang bisa tersebut, di antaranya tidak ada jaminan ketepatan jumlah uang yang ditukar, kemungkinan menerima uang palsu, dan adanya pungutan biaya."Dalam rangka kelancaran layanan penukaran sekaligus meminimalisasi penyebaran COVID-19, kami juga menyediakan uang hasil cetak sempurna dan uang layak edar yang higienis. Upaya ini ditempuh melalui karantina uang rupiah selama tujuh hari sebelum diedarkan, penyemprotan disinfektan pada area perkasan berikut sarana dan prasarananya, serta memperhatikan higienitas SDM dan perangkat pengolahan uang," katanya.
Selain itu, dalam mencegah perluasan penyebaran COVID-19, dikatakannya, BI juga mendorong masyarakat untuk menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai melalui "digital banking", uang elektronik, dan QR Code Indonesia Standard (QRIS)."Selain itu, kami bersama Pemerintah Kota Surakarta juga mendorong perluasan implementasi transaksi nontunai di berbagai sektor. Salah satunya adalah melalui sinergi kegiatan peluncuran Parkir Pasar Gede NonTunai (Pakde Noni) yang dilaksanakan pada hari ini bersama Dinas Perhubungan Kota Surakarta," katanya.