REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah green house berisi ribuan bibit tanaman hidroponik berdiri di Jalan Pangkalan 1 RT 02/ RW 07 Kelurahan Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Dulunya, lokasi tersebut merupakan lahan kosong yang hanya berisi pohon-pohon bambu yang rimbun.
Bahkan, terkadang dilewati banjir yang berasal dari Sungai Ciliwung. Saat ini, lahan tersebut sudah disulap menjadi green house yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Kelompok Tani Dewasa (KTD) Koplak Mandiri Kedung Halang.
Berbagai jenis tanaman bisa ditemui di green house tersebut. Mulai dari kangkung, bayam, selada, dan pakcoy yang berjejer di ratusan lubang hidroponik. Juga berbagai jenis tanaman obat keluarga (TOGA) seperti jahe merah, bunga telang, kunyit, kumis kucing, dan lain sebagainya.
Iman Firmansyah (31 tahun), atau yang biasa disapa sebagai Firman menjadi salah satu pembimbing yang kerap membina ibu-ibu warga sekitar untuk mengelola tanaman hidroponik yang ditanam di sana.
Padahal, awalnya Firman hanya menanam tanaman hidroponik di rumahnya yang terletak tidak jauh dari green house. Namun, lambat laun akhirnya dirinya mengembangkan teknik menanam hidroponik di green house yang mulai dibangun sejak 2019 itu.
Firman menuturkan, green house tersebut mulai digarap sejak 2019. Pada saat itu, warga berinisiatif untuk mengubah lahan tidur itu menjadi hal yang lebih bermanfaat bagi warga sekitar. Baru kemudian, pada Februari 2020, tepatnya pada saat pandemi Covid-19 memasuki Indonesia, warga sekitar mulai diberdayakan di //green house// tersebut. Mulai dari KWT dan KTD.
“Ini semua inisiatif warga yang kemudian digunakan buat kepentingan warga. Dari November 2019 penggarapan, baru pas awal Covid-19 kepikiran gimana daripada di rumah saja, warga diberdayakan di sini. Baru warga masuk semua,” kata Firman ketika ditemui Republika di lokasi, Ahad (4/4).
Sejak Januari 2021, Firman mulai membimbing ibu-ibu di sekitar green house untuk mengelola tanaman hidroponik. Dimana, sebelumnya sekitar 30 orang ibu-ibu di sekitarnya merupakan konsumen dari sayuran hidroponik yang dihasilkan di green house tersebut.
Hingga saat ini, ibu-ibu bertugas merawat kangkung dan bayam di green house yang disebut sebagai Hidroponik Barokah. Ke depannya, Firman mengatakan, rencananya seluruh tanaman hidroponik akan dialihkan ke Hidroponik Barokah.
“Kita habis rembukan pengen ngembangin ke kambing. Jadi hidroponik dialihkan ke Hidroponik Barokah, biar bapak-bapak nanti fokus ke kambing dan budidaya jangkrik,” ujar dia.
Setidaknya, ada 10 ribu lubang hidroponik berisi selada, pakcoy, dan kangkung. Beberapa di antaranya baru berusia sekitar dua pekan. Ada juga yang sudah siap panen seperti selada dan pakcoy yang sudah berusia hampir satu bulan.
Sayuran hidroponik tersebut, nantinya akan dijual ke para penjual grosir yang kemudian disalurkan ke pasar swalayan dan supermarket. Bahkan, selada yang dihasilkan di green house milik KTD Kedung Halang juga disalurkan ke rumah makan shabu-shabu.
Tak hanya itu, warga Perumahan PKPN dan Perumahan Graha Indah yang letaknya tidak jauh dari green house. Biasanya, warga sekitar secara perorangan sengaja datang untuk membeli sayur di sana. Kebanyakan, warga perumahan mencari sayur kangkung dan bayam.
Salah seorang ibu yang dibimbing Firman, Suparti (51 tahun) mengaku senang ketika mempelajari teknik menanam hidroponik. Meski dirinya lulusan jurusan pertanian, namun dirinya baru mempelajari teknik menanam modern ini dari Firman.
Kini, wanita asal Purwokerto ini aktif mengurus tanaman-tanaman hidroponik di green house tersebut. Suparti menuturkan, sebelumnya dirinya merupakan konsumen dari pakcoy, selada, kangkung, dan bayam yang dihasilkan di green house.
“Beda loh sayurnya di sini. Segar, bersih. Dulu saya suka belanja di sini. Sekarang setiap pagi ke sini bareng ibu-ibu sekitar ikut ngurus juga,” tutur Suparti.