Sabtu 10 Apr 2021 18:13 WIB

Cegah Radikalisme, BNPT Gandeng Pemuka Agama

Kegiatan ditutup dengan penandatanganan prasasti Kebhinnekaan.

Penandatanganan prasasti Kebhinnekaan yang dilakukan oleh Kepala BNPT dan Watimpres Habib Luthfi, di Bogor, Jawa Barat.
Foto: Dok. Bnpt
Penandatanganan prasasti Kebhinnekaan yang dilakukan oleh Kepala BNPT dan Watimpres Habib Luthfi, di Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Dialog Kebangsaan bertajuk “Kebhinnekaan Penyelamat Bangsa” di Bogor, Jawa Barat. Menggandeng sejumlah tokoh lintas agama, dialog ini fokus pada peran aktif pemuka agama dalam mengoptimalkan pencegahan terorisme. 

Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar mengisi dialog tersebut didampingi jajaran pejabat dari Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Dewan Pertimbangan Presiden, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, perwakilan dari Gugus Tugas Pemuka Agama, serta Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan. Kehadiran mereka disambut baik oleh Hartono Limin selaku tuan rumah sekaligus Ketua Umum Yayasan Amanah Kita. 

Dialog kebangsaan ini membahas peran pemuka agama dalam mengedukasi generasi muda yang rentan terpapar paham radikal terorisme. Melalui pemahaman moderasi beragama, toleransi antarumat, serta nilai-nilai kebangsaan diharapkan generasi milenial tidak mudah terpengaruh ideologi yang dapat menimbulkan paham radikal intoleran yang dapat memicu aksi terorisme.

“Pemuka agama merupakan guru, pencerah umat di lingkungan agama Bapak memimpin saat ini, keberagaman bangsa ini merupakan sebuah kekayaan ini patut kita syukuri dan wajib untuk dipelihara dari masa ke masa,” ujar Boy, dalam keterangannya, Sabtu (10/4).

Ia mengatakan, untuk meningkatkan ketahanan bangsa, ketahanan masyarakat, dan ketahanan umat, BNPT dan para pemuka agama pihak harus memberikan edukasi, pencerahan kepada yang muda. Menurut dia, tantangan BNPT adalah bagaimana kaum milenial tidak mudah terperdaya oleh ajaran atau doktrin yang disampaikan oleh pihak yang mengusung ideologi terorisme.

"Kecerendungan anak muda dengan karakteristik yang idealis, pemberani, ingin mencari jati diri, inilah yang bisa dimanfaatkan,” kata Boy. 

Menurut Watimpres, Habib Luthfi, lunturnya jiwa nasionalisme menjadi salah satu alasan maraknya radikalisme di kalangan milenial. Tentu tantangan ini bukan menjadi tugas BNPT semata. Perlu kepedulian seluruh lapisan masyarakat dalam membangun kualitas generasi muda agar ideologi yang bertentangan dengan konsesnsus bangsa tidak mudah tersusup. 

“Melunturnya nasionalisme dan berbagai sebab lainnya menjadi permasalahan sekarang ini, kalau tidak ditanggulangi bersama sulit,” kata Habib Luthfi.

“Ayo kita menambah kepedulian kita bersama terhadap regenerasi penerus yang akan menjadi pembangun bangsa ini, pembangun Republik ini,” kata dia menambahkan.

Kegiatan ditutup dengan penandatanganan prasasti Kebhinnekaan yang dilakukan oleh Kepala BNPT dan Watimpres Habib Luthfi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement