REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Jumlah kerusakan bangunan dan korban akibat gempa di Jawa Timur wilayah selatan terus bertambah. Terbaru, pasangan suami-istri di Kabupaten Lumajang meninggal setelah tertimpa batu.
"Informasi meninggal dua-duanya, suami dan istri, menurut informasi awal. Mangkannya lebih saya tindak lanjuti kevalidan itu dan anggota masih turun (ke lapangan)," kata Kabid Penanggulangan Bencana dan Logistik, BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi saat dihubungi wartawan, Sabtu (10/4).
Berdasarkan laporan yang diterima, korban meninggal saat berada di Jalur Piket Nol Kabupaten Lumajang. Area KM 53 sampai 59 memiliki struktur tanah yang labil. Oleh sebab itu, BPBD mau memastikan terlebih dahulu apakah batu tersebut bergerak karena gempa atau hujan deras.
Informasi awal, pasangan suami istri tersebut merupakan guru di salah satu SMA wilayah Tempursari, Kabupaten Lumajang. Namun untuk alamat pasti keduanya, BPBD masih harus mendalaminya lebih lanjut. Saat ini jasad keduanya sudah dibawa ke RS terdekat.
Selain itu, Wawan juga melaporkan, setidaknya ada lima kecamatan yang mengalami kerusakan akibat gempa. Wilayah-wilayah tersebut antara lain Tempursari, Pronojiwo, Yosowilangun, Pasrujambe, Senduro dan Tekung. Sejumlah rumah di wilayah tersebut mengalami rusak dari tingkat berat, sedang sampai ringan. "Informasi awal di Tempursari ini yang parah, sepuluh rumah roboh semua tapi masih kita dalami," jelasnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa terjadi sekitar pukul 14.00 WIB. Gempa berkekuatan magnitudo 6,7 ini berlangsung selama 37 detik. Pusat gempa diperkirakan berada di 90 kilometer (km) arah barat daya Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). "Dengan kedalaman 25 kilometer dan tidak berpotensi tsunami," ucap BMKG dalam pesan resminya, Sabtu (10/4).