REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati hak asasi manusia (HAM) di Papua Theo Hesegem mengutuk keras aksi penembakan mati dua guru yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Puncak, Papua, Kamis (8/4). Theo menegaskan, pembunuhan dua pengajar Sekolah Dasar (SD) di Kampung Julukoma, Distrik Beoga itu, adalah tindakan yang merugikan orang-orang asli Papua.
“Saya mengutuk keras tindakan yang dimaksud, karena sangat tidak manusiawi. Dan menurut saya, jika itu dilakukan oleh OPM-TPNPB itu sangat menciderai perjuangan untuk orang Papua selama ini,” kata Theo dalam pernyataan resmi kepada Republika, Ahad (11/4).
Theo mengatakan, guru adalah salah satu profesi yang dibutuhkan oleh masyarakat asli Papua. Keberadaan para pengajar tersebut dibutuhkan bagi orang asli Papua untuk menanamkan pendidikan, dan mengejar ketertinggalan.
Menurut Theo, sudah semestinya, TNI dan Polri, serta Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selama ini bertikai senjata di Bumi Cenderawasih sama-sama melindungi peran guru, dan pengajar, meskipun dalam wilayah konflik. Sebab, menurut dia, profesi guru semestinya dianggap sebagai pribadi yang bebas dari kepentingan apapun di Papua. “Saya sangat menyesali penembakan terhadap guru ini. Karena guru-guru ini sangat penting untuk pendidikan anak-anak di Papua, yang sangat tertinggal jauh,” kata Theo.
Theo, yang juga merupakan pemimpin pada Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua itu, juga meminta agar pemerintah Indonesia, mengusut tuntas kasus penembakan guru tersebut. Terhadap OPM-TPNPB yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan dua guru tersebut, Theo menegaskan, tindakan penembakan guru tersebut adalah salah langkah paling fatal, dan merugikan orang-orang, dan masa depan Papua sendiri.
“OPM-TPNPB harus mempertanggungjawabkan perbuatannya ini,” tegas Theo.
Oktavianus Rayo, dan Yonatan Renden, dua guru SD di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, meninggal dunia setelah serbuan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata OPM-TPNPB, pada Kamis (8/4). Dalam satu keterangan, OPM-TPNPB mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Dikatakan, penembakan tersebut, dilakukan kelompok kekerasan itu, karena keduanya diduga adalah mata-mata TNI-Polri. Akan tetapi, otoritas Polri, maupun TNI membantah tudingan KKB tersebut.