Ahad 11 Apr 2021 16:42 WIB

Studi: Pria Lajang Lebih Berisiko Terkena Serangan Jantung

Risiko serangan jantung menyerang pria lajang dengan tanda kelelahan total.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Risiko serangan jantung menyerang pria lajang dengan tanda kelelahan total.
Foto: Pixabay
Risiko serangan jantung menyerang pria lajang dengan tanda kelelahan total.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umumnya, untuk menghindari faktor risiko serangan jantung adalah jaga berat badan, atur pola makan sehat, dan gaya hidup dengan sering berolahraga. Namun, dalam sebuah studi baru, ada peringatan risiko serangan jantung katastropik.

Risiko ini biasanya menyerang pria, yakni dengan tanda kelelahan total. Bulan lalu, para peneliti pada konferensi European Society of Cardiology (ESC) mengatakan, utamanya adalah pria lajang (belum menikah atau duda).

Baca Juga

“Kelelahan total adalah kelelahan berlebihan, perasaan demoralisasi, dan peningkatan emosi sehingga mudah marah,” kata salah satu penulis studi Dr Dmitriy Panov dari Institut Sitologi dan Genetika di Novosibirsk, Rusia, dilansir today, Ahad (11/4).

"Kelelahan ini dianggap sebagai akibat dari respon terhadap masalah yang sulit diselesaikan dalam kehidupan mereka. Terutama ketika mereka tidak dapat beradaptasi dengan paparan stres psikologis yang berkepanjangan," katanya lagi.

Dalam penelitian ini, 657 pria berusia 25-64 tahun terdaftar sejak 1994 dan kehidupan mereka diikuti selama 14 tahun. Para peneliti menemukan, pria dengan tingkat kelelahan total sedang atau tinggi, memiliki risiko serangan jantung 2,7 kali lipat lebih besar dalam lima tahun.

Risiko 2,25 kali lipat lebih tinggi dalam 10 tahun, dan 2,1 kali lipat peningkatan risiko dalam 14 tahun, dibandingkan dengan pria tanpa kelelahan total. Kemudian para ilmuwan menyesuaikan dengan faktor sosial (yaitu pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan usia).

Dan mereka juga menemukan bahwa efek kelelahan total menurun, tetapi masih signifikan secara statistik. Dalam analisis ini, pria dengan tingkat kelelahan vital sedang atau tinggi, 16 persen lebih mungkin mengalami serangan jantung selama 14 tahun, dibandingkan mereka yang tidak. Risiko itu lebih tinggi pada pria belum menikah atau duda.

"Hidup sendiri menunjukkan kurangnya dukungan sosial, yang kami tahu dari penelitian kami sebelumnya, ini merupakan faktor risiko independen untuk infark miokard dan stroke," kata Panov.

Upaya meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi stres di rumah dan di tempat kerja, bisa membantu mengurangi kelelahan total. "Keterlibatan dalam kelompok masyarakat adalah salah satu cara untuk meningkatkan dukungan sosial dan mengurangi kerentanan terhadap stres. Dibarengi gaya hidup sehat, langkah-langkah ini akan bermanfaat bagi kesehatan jantung," ujarnya.

Dalam penelitian lain, isolasi selama di rumah saja, juga berisiko meningkatkan serangan jantung. Studi ini dilakukan pada saat para ahli kesehatan melihat lebih dekat manfaat kesehatan dari hubungan interpersonal dan bersosialisasi, didorong oleh pedoman isolasi sosial tahun lalu yang diharuskan karena pandemi.

Studi sebelumnya menemukan, di antara orang dewasa yang berusia lebih tua, isolasi sosial dan perasaan kesepian meningkatkan risiko kematian karena sebab apa pun, risiko yang mirip dengan merokok, obesitas, dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak.

Salah satu studi juga menemukan, hubungan sosial yang buruk pada orang tua dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung sebesar 29 persen dan peningkatan risiko stroke sebesar 32 persen. Para ahli mengatakan keputusasaan emosional dapat meningkatkan stres, yang dapat melemahkan jantung.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement