Senin 12 Apr 2021 14:42 WIB

Bima Arya Ingin Operasional RS Lapangan Dilanjutkan

Kita antisipasi gelombang kedua, enggak boleh lengah terutama bulan Ramadhan ini.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Andi Nur Aminah
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Masa operasional Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor akan habis pada 18 April 2021. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto ingin izin operasional RS Lapangan tetap dilanjutkan sebagai langkah antisipasi gelombang kedua lonjakan kasus Covid-19.

“Kalau saya ingin lanjut. Walaupun sudah habis, tapi ingin lanjut. Kenapa? Kita antisipasi gelombang kedua, enggak boleh lengah terutama bulan Ramadhan ini,” kata Bima Arya kepada Republika.co.id, Senin (12/4).

Baca Juga

Lebih lanjut, Bima Arya menjelaskan, saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah membangun komunikasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hal itu berkaitan dengan review keuangan yang sedang dilakukan inspektorat.

Diketahui, beroperasinya RS Lapangan Kota Bogor didanai oleh BNPB sebesar Rp 16 miliar. Dana belasan miliar tersebut, digunakan untuk operasional RS Lapangan selama tiga bulan sejak 18 Januari 2021 hingga 18 April 2021.

“Jadi sekarang sedang dilakukan review oleh inspektorat, kemudian nanti dikomunikasikan dengan BNPB. Kalau anggarannya ada, kita akan lanjut,” jelasnya.

Di samping itu, sambung Bima Arya, opsi dilanjutkannya operasional dari RS Lapangan berkaitan dengan adanya lonjakan yang terjadi pada bulan Ramadhan. Menurutnya, keberadaan RS Lapangan dapat membantu penambahan ketersediaan tempat tidur di seluruh rumah sakit pelayanan Covid-19 di Kota Bogor.

“Kalau kita mampu melewati bulan Ramadhan tidak ada lonjakan, ya Insyaallah nggak ada. Tapi kan kalau Ramadhan terjadi lonjakan di rumah sakit, kalau RS Lapangannya nggak ada bagaimana?” tuturnya.

Karena itu, saat ini pihaknya akan memaksimalkan penggunaan RS Lapangan, serta tempat isolasi pasien Covid-19 berstatus orang tanpa gejala (OTG) di Pusdiklatwas Kampus 2 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Ciawi, Kabupaten Bogor. Bukan menggunakan hotel sebagai tempat isolasi pasien OTG. “Kita masih maksimalkan RS Lapangan dan tempat isolasi di BPKP Ciawi,” ujarnya.

Terpisah, Wakil Ketua I DPRD Kota Bogor, Jaenal Muttaqien mengatakan, sebaiknya Pemkot Bogor melakukan kajian ilmiah terkait kelanjutan operasional dari RS Lapangan. Sebab menurutnya, keberadaan RS Lapangan sendiri sangat vital di Kota Bogor untuk melayani pasien Covid-19.

"Jadi sebelum diambil keputusan diperpanjang atau tidak ya ada baiknya ini dikaji dulu," ujarnya. Dia melanjutkan, jika RS Lapangan dihentikan operasionalnya tanpa perhitungan yang matang, Pemkot Bogor bisa kewalahan jika ada lonjakan kasus pasca libur lebaran nanti.

"Saya sih menyampaikan perlu ada kajian dulu, apakah tren Covid-19 ini akan meningkat atau tidak dan perlu ada pembicaraan lebih lanjut antara pemkot dan DPRD," kata Jaenal.

Sebelumnya, Humas dan Sekretariat RS Lapangan, Armein Sjuhary Rowi mengaku belum mengetahui apakah RS Lapangan Kota Bogor akan dilanjutkan beroperasi atau dihentikan. "Sesuai kesepakatan awal, terhitung tiga bulan, maksimal sampai 18 April beroperasi. Sisanya menunggu keputusan, apakah akan lanjut atau dihentikan,” ujarnya.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement