REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu perombakan kabinet atau reshuffle kembali berembus usai DPR menyetujui penggabungan tugas Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai reshuffle tinggal menunggu waktu.
"Jika digabungkan dua kementerian tersebut, artinya reshuffle hanya tinggal menunggu waktu," kata Ujang kepada Republika.co.id, Senin (12/4).
Imbas penggabungan dua kementerian tersebut, Ujang menilai posisi Mendikbud Nadiem Makarim berpotensi diganti. Menurutnya, Nadiem tak cocok jadi mendikbud karena banyak kebijakannya yang salah dan kontroversial.
"Cari saja profesional yang bagus 'tuk urus Kemendikbud. Banyak dari kalangan Muhammadiyah yang ahli atau dari kalangan profesional yang tahu tentang pendidikan Indonesia," ujarnya menjelaskan.
Ujang mengatakan, meski tak cocok memimpin Kemendikbud, Nadiem masih akan tetap dipertahankan. Ia memprediksi, Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro juga akan digeser dari jabatan menristek menjadi kepala Otorita Ibu Kota Baru.
"Kan dulu dia yang buat perencanaan awal Ibu Kota Baru ketika dia jadi menteri Bappenas," kata dia.
Selain itu, Ujang juga melihat keberadaan Kementerian Investasi tidak terlalu urgen karena sudah ada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Ia menduga dibentuknya Kementerian Investasi hanya untuk mengakomodasi pihak-pihak yang belum punya jabatan.
"Belum tahu siapa pihak yang akan diplot menjadi menteri investasi. Bisa Bahlil dari kepala BKPM dinaikkan jadi menteri investasi. Atau bisa juga figur lain. Semua ada di tangan Jokowi," ucapnya.