REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pemerintah Prancis mengecam perusakan pusat budaya Islam negaranya dengan slogan-slogan Islamafobia. Pemerintah bahkan menyebut serangan terhadap Muslim adalah juga serangan terhadap Republik Prancis.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerard Darmanin mengatakan, kejadian tersebut adalah serangan yang menjijikkan terhadap kebebasan fundamental untuk percaya pada suatu agama di negaranya. Menurutnya, Muslim berhak mendapatkan perlindungan yang sama seperti kelompok agama lain di Prancis.
“Serangan terhadap Muslim adalah serangan terhadap Republik,” kata Darmanin setelah dia mengunjungi lokasi tersebut, Senin (12/4).
Darmanin mengaku telah memerintahkan badan penegak hukum untuk meningkatkan kewaspadaan di sekitar tempat ibadah Muslim di negara itu. Dia juga mengutuk perusakan pusat Islam dengan grafiti kebencian sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
"Tulisan anti-Muslim yang telah tertulis di pusat budaya dan agama ini tidak dapat diterima. Kebebasan beribadah di Prancis adalah kebebasan mendasar," kata Gerald
Tempat pusat budaya Islam dirusak beberapa hari sebelum dimulainya bulan suci Ramadhan dengan coretan Islamofobia. Darmanin mengatakan, dia bepergian ke sana untuk menunjukkan solidaritas pemerintah Presiden Emmanuel Macron kepada komunitas Muslim.