REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bergerak cepat menyiapkan relokasi rumah bagi warga yang terdampak bencana longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ketua Satgas Penanganan Bencana Kementerian PUPR di NTT dan NTB Widiarto mengatakan, Kementerian PUPR telah menurunkan tim ke Adonara dan Lembata untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat.
"Relokasi perlu dilakukan karena lokasi permukiman warga terdampak bencana saat ini berada di jalur debris aliran sungai yang sudah dipenuhi bebatuan, sehingga risikonya sangat tinggi jika kembali tinggal di sana," ujar Widiarto.
Berdasarkan informasi sementara, untuk di Adonara sudah ada dua alternatif lokasi yang disiapkan, sedangkan di Lembata juga sudah siap tanah Pemda, namun lokasinya akan dikomunikasikan dengan masyarakat setempat.
"Kami akan terus melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat karena memindahkan tempat tinggal juga harus menangani masalah sosial bukan hanya masalah teknis saja, di mana salah satu syaratnya lokasinya harus aman dari risiko bencana," kata Widiarto.
Menurut Widiarto akan dibangun 1.000 unit Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat), yakni di Lembata sebanyak 700 unit dan Adonara sebanyak 300 unit. Namun perkembangan pasti angkanya akan terus berkembang setelah survei detail dengan Pemda dan masyarakat setempat.
Dia memperkirakan, jika lahan sudah siap tersedia, pembangunan fisiknya kira-kira akan dapat selesai dalam waktu 4 bulan karena pembangunannya tidak begitu sulit dengan metode knock down Risha yang sudah ada.
Selain menyiapkan langkah percepatan relokasi permukiman warga terdampak, Kementeria PUPR terus membantu penanganan darurat bencana banjir bandang di Adonara dan Lembatadi Provinsi NTT.
Saat ini di 2 wilayah terdampak tersebut telah dioperasikan sebanyak 23 unit Excavator, 24 unit Dump Truck, 3 unit loader, 1 unit grader, dan BBM 5.000 liter.