REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi mengalami 196 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Ahad (11/4). Gempa guguran terjadi mulai pukul 00:00 sampai 24:00 WIB.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Senin (12/4), menyebutkan, selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat satu kali gempa hybrid atau fase banyak, dua kali gempa embusand an satu kali gempa tektonik. Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih keluar dari Gunung Merapi dengan intensitas sedang hingga tebal, dengan ketinggian 200 meter di atas puncak.
Pada periode pengamatan itu, menurut Hanik, Gunung Merapi juga tercatat mengeluarkan 26 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 900 meter ke arah barat daya. Berikutnya, laju deformasi Gunung Merapi diukur menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan rata-rata 0,1 cm per hari.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan berdampak pada wilayah dalam sektor selatan-barat daya, yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebengdan Putih. Apabila gunung api itu meletus, kata Hanik, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.