REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Dalam Negeri Prancis meminta tempat-tempat ibadah muslim dijaga setelah sebuah dinding masjid dicorat-coret satu hari sebelum Ramadhan. Pada Ahad (11/4) lalu penjaga masjid dan warga Muslim barat Kota Rennes menemukan grafiti di dinding masjid dan pusat budaya Islam di kota mereka.
Grafiti itu bertuliskan kata-kata hinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad. Tulisan juga mengajak Perang Salib dan menjadikan Katolik sebagai agama resmi negara. Kantor kejaksaan Kota Rennes menggelar penyelidikan.
Dalam kunjungannya ke lokasi kejadian Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengecam vandalisme tersebut. Ia juga mengungkapkan 'solidaritasnya' pada 5,7 juta muslim Prancis.
"Tulisan anti-Muslim yang dituliskan di pusat budaya dan kebudayaan ini tidak dapat diterima, kebebasan beribadah di Prancis adalah kebebasan fundamental," katanya seperti kutip Aljazirah Senin (12/4).
Ia mengatakan sudah meminta polisi dan pasukan keamanan wilayah yang disebut gendarmerie untuk 'memperkuas pengawasan di sekitar tempat ibadah Muslim, di awal Ramadhan'. Tahun Ramadhan jatuh pada 13 April.
Namun masih ada kekhawatiran mengenai keselamatan muslim Prancis selama bulan suci ini. Terutama karena tingginya angka Islamophobia akhir-akhir ini. Selasa (6/4) malam lalu pintu masjid di barat Kota Nantes hangus dilalap api.
Pada Jumat (9/4) seorang anggota neo-Nazi berusia 24 tahun didakwa mengancam sebuah masjid di Le Mans yang terletak di barat Prancis. Presiden National Observatory Against Islamophobia Abdallah Zekir mengecam iklim anti-muslim ini.
"Sayangnya pernyataan sejumlah politisi tertentu hanya memperburuk keadaan," katanya.