REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban mengaku tidak bersedia menghadiri pertemuan puncak besar tentang proses perdamaian Afghanistan di Turki jika dilakukan pekan ini, Senin (12/4). Turki menjadi tuan rumah pertemuan penting dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Qatar sebagai bagian dari upaya memulai proses perdamaian Afghanistan.
"Kami tidak dapat mengambil bagian dalam konferensi Turki pada 16 April ... dan kami telah memberi tahu Turki tentang hal ini," kata juru bicara Taliban, Mohammed Naeem.
Para diplomat dan pejabat yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut mengatakan, bahwa hal itu direncanakan akan berlangsung selama 10 hari dari 16 April. Meskipun tanggal tersebut belum final atau diumumkan secara resmi.
Tapi, Naeem menyatakan, tidak menutup kemungkinan Taliban akan hadir di kemudian hari. "Diskusi kami tentang apakah akan ambil bagian atau tidak dan kapan kami bisa ambil bagian, sedang berlangsung," katanya.
Utusan Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, telah melakukan perjalanan ke wilayah itu untuk mencoba menggalang dukungan gencatan senjata. Dia berusaha melakukan penyelesaian damai yang dapat mencakup pemerintah sementara karena batas waktu 1 Mei untuk menarik pasukan asing sudah dekat.
Khalilzad menyelesaikan kunjungan empat hari ke Kabul pada Senin (11/4). Dia mengatakan telah mengadakan pembicaraan dengan pejabat pemerintah, politisi, anggota masyarakat sipil, dan komunitas diplomatik untuk membahas persiapan konferensi Turki.
"Duta Besar Khalilzad menggarisbawahi mengapa penting kedua belah pihak mempercepat proses perdamaian," kata Kedutaan Besar AS di Kabul dalam sebuah pernyataan.
Para pejabat khawatir jika kesepakatan tidak segera tercapai, kekerasan akan kembali meningkat. Presiden AS Joe Biden telah mengatakan bahwa akan sulit untuk menarik pasukan pada Mei, tetapi kecil kemungkinan mereka akan tetap berada di sana tahun depan.