REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran melaporkan Israel ke Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSG). Dalam laporan itu diungkapkan deretan sabotase panjang Israel dan meminta komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban pelaku di balik serangan terhadap fasilitas nuklir Natanz di Teheran.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan serangan itu merupakan 'terorisme nuklir' kriminal yang sembrono. Dia mengatakan, serangan terbaru terhadap fasilitas nuklir adalah kejahatan perang berat yang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Dia pun merinci catatan panjang operasi sabotase Israel terhadap kegiatan nuklir damai Iran dalam surat untuk UNSG.
"Sementara beberapa pejabat rezim Israel sejak musim gugur tahun 2020 secara terbuka dan secara terbuka mengancam akan melakukan operasi semacam itu untuk mencegah pemulihan [kesepakatan nuklir] JCPOA," kata Zarif dalam surat untuk PBB
Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), menyatakan sebuah insiden di Natanz memutus aliran listrik di fasilitas yang menyebabkan pemadaman. Seorang mantan kepala Pengawal Revolusi Iran (IRGC) mengatakan, serangan itu telah memicu kebakaran di situs tersebut dan menyerukan peningkatan keamanan.
Sementara Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, media Israel mengutip sumber-sumber intelijen yang mengatakan bahwa agen mata-mata Israel, Mossad, melakukan serangan dunia maya di Natanz.
"Banyak media Israel dan Barat diam-diam mengkonfirmasi (dan bahkan membual tentang) keterlibatan penjahat perang Israel dalam tindakan teroris terbaru ini, Iran menahan diri dari keputusan akhir apa pun tentang pelakunya sementara penyelidikan menyeluruh atas sabotase dan pelakunya sedang dilakukan," kata Zarif dikutip dari Al Arabiyah.
Sebelum insiden terbaru ini, Natanz pernah mengalami ledakan misterius di pabrik perakitan sentrifugasi canggihnya pada Juli. Pihak berwenang menggambarkan peristiwa itu sebagai sabotase. Israel diduga melakukan serangan itu serta melancarkan serangan lainnya.