Selasa 13 Apr 2021 09:41 WIB

Kapal AL China dan AS Berebut Pengaruh di Laut China Selatan

Kapal induk China memasuki wilayah Laut China Selatan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Kapal induk USS Nimitz ikut dikerahkan untuk latihan di Laut China Selatan (ilustrasi).
Foto: Lee Jin-man/AP
Kapal induk USS Nimitz ikut dikerahkan untuk latihan di Laut China Selatan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Aktivitas militer di Laut China Selatan melonjak selama akhir pekan. Kapal induk China memasuki wilayah tersebut dan kelompok ekspedisi Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) juga tengah menyelesaikan proses latihan.

Surat kabar yang dikelola pemerintah China Global Times mengatakan kapal induk pertama negara itu, Liaoning, berlayar ke Laut Cina Selatan pada Sabtu (10/4). Kehadiran armada itu setelah menyelesaikan satu pekan latihan angkatan laut di sekitar Taiwan.

Baca Juga

Kedatangan Liaoning yang dilaporkan di Laut Cina Selatan terjadi setelah kelompok ekspedisi Angkatan Laut AS melakukan latihan di Laut China Selatan sehari sebelumnya. Militer AS ini membawa kapal induk USS Theodore Roosevelt dan kapal serbu amfibi USS Makin Island, ditambah dua kapal perang flat-top bergabung dengan kapal penjelajah, kapal perusak, dan kapal amfibi yang lebih kecil.

Kapal-kapal tersebut juga membawa ratusan pasukan darat Marinir dari Unit Ekspedisi Marinir ke-15 serta helikopter pendukung dan jet tempur F-35. "Kekuatan serangan ekspedisi ini sepenuhnya menunjukkan bahwa kami mempertahankan kekuatan tempur yang dapat dipercaya, yang mampu menanggapi segala kemungkinan, mencegah agresi, dan memberikan keamanan dan stabilitas regional dalam mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Kapten Angkatan Laut AS, Stewart Bateshansky.

Global Times mengutip pakar militer Cina, Wei Dongxu, mengatakan bahwa latihan Angkatan Laut AS adalah sebuah provokasi. Dia mengatakan, latihan oleh kapal induk China dapat membangun posisi pertahanan maritim yang lebih luas, menjaga wilayah pesisir Cina, dan menjaga aktivitas militer AS.

Sementara itu, dikutip dari CNN, AS dan Filipina sedang mempersiapkan latihan bersama. Rencana ini muncul setelah Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengusulkan cara untuk memperdalam kerja sama militer antara Washington dan Manila setelah Beijing mengerahkan kapal di perairan yang disengketakan.

Proposal tersebut mencakup cara-cara untuk meningkatkan kesadaran situasional dari ancaman di Laut Cina Selatan. Dorongan ini muncul setelah kapal-kapal milisi maritim Cina baru-baru ini di Whitsun Reef atau di zona ekonomi eksklusif Filipina di Kepulauan Spratly.

Kepala militer Filipina, Letjen Cirilito Sobejana, lebih dari 1.700 tentara AS dan Filipina memulai latihan militer selama dua minggu sejak Senin (12/4). Latihan itu akan difokuskan pada pengujian kesiapan pasukan AS dan Filipina untuk menanggapi peristiwa seperti serangan ekstremis dan bencana alam.

Washington dan Manila terikat oleh perjanjian pertahanan bersama. Menurut para pejabat dapat berlaku jika ada tindakan militer China terhadap kapal pemerintah Filipina di sekitar Whitsun Reef.

China mengklaim hampir semua 1,3 juta mil persegi Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya. Klaim itu memicu sengketa antara Chian dan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah mengubah fitur yang disengketakan di wilayah tersebut menjadi pulau buatan, lengkap dengan benteng militer.

Beijing menuduh Washington dan angkatan laut asing lainnya memicu ketegangan di kawasan itu. AS mengirimkan kapal perang seperti kelompok ekspedisi saat ini yang dipimpin oleh kapal induk Roosevelt.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement