REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, tidak akan menyebut China sebagai manipulator mata uang dalam Laporan Keuangan Valuta Asing Tengah Tahunan pertamanya. Langkah itu dilakukan untuk menghindari konflik baru dengan Beijing.
Selama era kepemimpinan Donald Trump, Kementerian Keuangan AS melabeli China sebagai manipulator pada pertengahan 2019 lalu. Namun, pada Januari 2020, label tersebut dicabut untuk memenangkan konsesi dalam kesepakatan perdagangan.
Seorang juru bicara Departemen Keuangan menolak berkomentar. Mata uang Yuan terhadap dolar AS merespons positif berita tersebut. Yuan menguat sekitar 0,2 persen menyentuh level tertinggi baru untuk hari ini di sekitar 6,5462 yuan per dolar AS.
Tim Yellen juga telah membahas kemungkinan membalikkan langkah pemerintahan Trump pada 2019 tersebut ke ambang batas yang lebih rendah. Hal itu untuk mengetahui apakah suatu ekonomi memanipulasi mata uangnya untuk keuntungan kompetitif.
Pemerintahan Joe Biden ingin menindaklanjuti pernyataan China yang menyebut praktik perdagangan dengan AS tidak adil. Biden juga ingin melihat lebih jauh permasalahan lainnya yang terjadi pada era Trump, seperti pelanggaran hak asasi manusia, serta meninjau kembali tarif miliaran dolar yang dikenakan pada barang-barang China.
Baca juga: OJK: Kredit Segmen Menengah Belum Tersentuh Stimulus
Label sebagai manipulator mata uang yang disematkan AS pada China saat itu sontak mengguncang pasar keuangan. Hukuman, termasuk pengecualian dari kontrak Pemerintah AS, dapat diterapkan setelah satu tahun kecuali labelnya dihapus.