Selasa 13 Apr 2021 16:28 WIB

Perlukah Ganti Nama Saat Jadi Mualaf?

Nama adalah bagian dari identitas diri.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Perlukah Ganti Nama Saat Jadi Mualaf? Umat muslim bertadarus pada hari pertama bulan suci Ramadhan 1442 Hijriah di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (13/4/2021). Pada bulan Ramadhan umat muslim memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ibadah dengan membaca Al Quran dan melaksanakan shalat sunah guna menambah amalan dan memohon ampunan dari Allah SWT.
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Perlukah Ganti Nama Saat Jadi Mualaf? Umat muslim bertadarus pada hari pertama bulan suci Ramadhan 1442 Hijriah di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (13/4/2021). Pada bulan Ramadhan umat muslim memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ibadah dengan membaca Al Quran dan melaksanakan shalat sunah guna menambah amalan dan memohon ampunan dari Allah SWT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertanyaan yang kerap kali diutarakan orang saat menjadi mualaf adalah mengenai pergantian nama, umumnya, yang mengandung unsur Islam. Namun, perlukah bagi Muslim baru untuk mengubah nama demikian?

Instruktur dan konsultan dialog antaragama dan antarbudaya, Dalia Salaheldin menjawab, hal tersebut tidak diperlukan bagi mualaf. Menurut dia, nama adalah bagian dari identitas diri. Dalam hukum Islam, kata dia, juga tidak diharuskan mengubahnya.

"Satu-satunya situasi di mana perubahan itu penting adalah jika nama Anda memiliki konotasi jahat dalam budaya Anda sendiri, atau jika itu adalah nama dewa atau dewi dari agama lain. (Tapi) Allah terutama memperhatikan kondisi hati Anda, di atas segalanya," ujar dia dikutip dari About Islam, Senin (12/4).

Dirinya mencontohkan, dalam sejarah Islam ada kisah dari Abu Hurairah yang bernama asli ‘Abd Sakhr yang berarti hamba batu. Karena tidak diizinkan di Islam, maka Nabi Muhammad SAW saat itu memintanya mengubah nama tersebut menjadi Abd al-Rahman yang berarti hamba yang maha penyayang. 

Nama panggilannya hingga kini yang terkenal adalah Abu Hurairah. Nama tersebut, diberikan kepadanya oleh Nabi Muhammad karena Abu Hurairah kerap terlihat memelihara anak kucing kecil (hurairah dalam bahasa Arab).

Dijelaskan Salaheldin, apa yang dituntut dari Islam, adalah seseorang yang taat kepada Allah SWT. Penggantian nama tak termasuk di dalamnya. Menurut dia, banyak juga cerita dari para sahabat yang masuk Islam dan tetap menggunakan namanya setelah memeluk Islam.

"Jadi, identitas Muslim yang benar dan tulus ditentukan oleh keimanan yang ada di dalam hati seseorang dan sejauh mana keimanan tersebut mempengaruhi tindakan dan sikapnya," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement