Selasa 13 Apr 2021 18:12 WIB

Menkop Dukung Inovasi Gula Cair

Dengan mengubah gula kristal menjadi cair, kapasitas produksi gula menjadi naik

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendukung inovasi gula cair. (ilustrasi)
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendukung inovasi gula cair. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengunjungi pusat produksi gula cair PT Gula Energi Nusantara (GEN) di Klaten, Jawa Tengah, pada Jumat lalu (9/4). Selain meninjau alat-alat dan proses produksi gula cair, ia juga berdialog dengan Direktur UKM PT GEN Joko Budi Wiryono dan jajarannya didampingi Bupati Klaten Sri Mulyani.

"Saya ke Klaten menemui Pak Joko karena beberapa waktu lalu Pak Joko menyampaikan ide besar yaitu mengembangkan gula nasional dengan mengurangi impor melalui hanya mengalihfungsi dari gula pasir ke gula cair. Hari ini Pak Joko sudah mengembangkan prototipe pengolahannya dan mengembangkan sendiri teknologi produksinya," ujar Teten di sela kunjunganya tersebut, melalui siaran pers pada Selasa (13/4).

Baca Juga

Dengan mengubah gula kristal menjadi cair, kapasitas produksi gula menjadi naik berkali lipat. Jika gula kristal atau gula pasir selama ini hanya memanfaatkan kandungan sukrosa dari perasan tebu, gula cair memanfaatkan semua bagian yang sebelumnya dianggap limbah.

Gula cair yang diproduksi juga lebih sehat karena kadar gula rendah atau low glychemic index (LGI) dan kandungan antisoksidan tinggi. Joko menghabiskan riset hingga 10 tahun untuk menemukan inovasi tersebut bekerja sama dengan peneliti IPB dan kalangan medis.

Teknologi Gulanas pun telah mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM. Dengan pengalamannya mengelola pabrik gula selama puluhan tahun, temuan Joko bisa menjadi solusi untuk kebutuhan gula nasional bahkan dunia.

Apalagi saat ini, Indonesia sedang mengalami defisit gula sekitar 3 juta ton. Rata-rata konsumsi gula nasional sebesar 5,1 juta ton, sementara produksi gula nasional hanya 2,1 juta ton sehingga Indonesia saat ini menjadi negara pengimpor gula terbesar di dunia.

Kondisi itu menurut Teten berbanding terbalik dengan 1934 silam. Saat itu, justru Indonesia mengalami surplus gula bahkan Indonesia tercatat sebagai negara eksportir gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba.

Pada zaman VOC hingga kolonial Belanda pada abad ke-17 hingga ke-18, ada 400-an pabrik gula. Hanya saja saat ini, cuma tersisa 40-an unit dengan kapasitas produksi menengah hingga besar.

“Jadi saya kira dengan keterbatasan lahan tebu sekarang maka teknologi pengolahan gula cair yang dikembangkan oleh Pak Joko ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk mencapai kita swasembada gula. Oleh karena itu, ini satu hal yang luar biasa dari usaha kecil menengah yang bisa kita kembangkan kapasitas produksinya,” tuturnya.

Teten mendukung pengembangan kapasitas produksi gula cair oleh PT GEN agar bisa menambah suplai bagi kebutuhan dalam negeri, sekaligus untuk mengurangi impor. Pengembangan kapasitas produksi gula ini dapat didukung dalam bentuk investasi, maupun pembiayaan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta pendampingan yang melibatkan stakeholders terkait.

“Dengan KUR bisa sampai Rp 20 miliar. Pun dengan grace period yang cukup panjang, dengan bunga yang sangat kompetitif juga saya kira bisa dibiayai dari perbankan. Nanti mungkin dilakukan adalah pendampingan dari kami dan mungkin kami juga akan mengajak Kementerian BUMN dan Perindustrian untuk bersama-sama mengembangkan prototipe pabrik yang dikembangkan oleh Pak Joko,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement