Selasa 13 Apr 2021 19:43 WIB

Eropa Capai Titik Kritis Pandemi Covid-19

Titik kritis pandemi di Eropa ditandai dengan 1 juta kematian akibat Covid-19.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nora Azizah
Titik kritis pandemi di Eropa ditandai dengan 1 juta kematian akibat Covid-19.
Foto: AP/Matthias Bein/dpa
Titik kritis pandemi di Eropa ditandai dengan 1 juta kematian akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Eropa melewati tonggak sejarah yang suram akibat catatan satu juta kematian akibat virus corona pada hari Senin (11/4). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan infeksi meningkat secara eksponensial meskipun ada upaya kuat untuk menghentikan penyakit asal China itu. 

Korban tewas di 52 negara Eropa, yang dikumpulkan oleh AFP dari sumber resmi, berjumlah setidaknya 1.000.288 hingga Senin sore. "Kami berada di titik kritis pandemi sekarang," kata Maria Van Kerkhove selaku pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 dilansir dari AFP pada Selasa (13/4).

Baca Juga

"Lintasan pandemi ini berkembang secara eksponensial. Ini bukanlah situasi yang kami inginkan dalam 16 bulan menjadi pandemi, ketika kami telah membuktikan langkah-langkah pengendalian," lanjut Van Kerkhove.

Virus corona telah membunuh lebih dari 2,9 juta orang dan menginfeksi hampir 136 juta orang di seluruh dunia. Namun terlepas dari berita suram di Eropa - wilayah terparah di dunia - Inggris melonggarkan pembatasan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan pada Senin yang memungkinkan warga Inggris menikmati rasa kebebasan dengan segelas bir dan potong rambut. 

Perubahan tersebut menggambarkan betapa cepatnya negara-negara vaksinasi meninggalkan negara lain. Pemerintah Rusia sementara itu mengatakan akan menangguhkan hubungan udara dengan Turki dan Tanzania selama enam pekan saat mereka memerangi lonjakan kasus Covid-19. 

Tapi masih ada secercah harapan dalam pertarungan berlarut-larut melawan pandemi. Pub dan restoran Inggris sekarang dapat melayani pelanggan di ruang outdoor. Langkah ini disambut baik oleh sektor perhotelan yang terpukul parah meskipun suhu musim dingin. 

"Senang sekali bertemu semua orang lagi dan melihat semua penduduk setempat,” kata Louise Porter selaku pemilik The Crown Inn di Askrigg, Inggris utara. 

Tercatat, salon, pusat kebugaran dalam ruangan, dan kolam renang di Inggris juga mendapat lampu hijau untuk dibuka kembali. Taman ritel dan jalan raya mengantisipasi pesta belanja para warga setelah lebih dari tiga bulan tinggal di rumah akibat lockdown.

Italia juga telah menjadi salah satu negara yang paling terpukul di Eropa. Pada hari Senin, Ibu Kota Roma mengalami serangkaian demonstrasi anti-lokcdown, dengan beberapa ratus orang muncul sebagai protes terhadap penutupan restoran selama beberapa pekan.

Sedangkan di Prancis, yang sekarang menjadi negara Eropa dengan infeksi terbanyak, perluasan peluncuran vaksin telah meningkatkan optimisme di antara penduduk yang lelah karena terkunci. Lalu di Yunani, siswa kelas menengah disambut kembali ke sekolah untuk pertama kalinya dalam lima bulan pada hari Senin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement