REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India akan mempercepat persetujuan darurat untuk vaksin Covid-19 yang disahkan oleh negara-negara Barat dan Jepang, Selasa (13/2). Keputusan ini membuka jalan bagi New Delhi untuk melakukan impor dosis vaksin Pfizer, Johnson & Johnson, dan Moderna.
“Kami berharap dan kami mengundang para pembuat vaksin seperti Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson dan lainnya untuk siap datang ke India sedini mungkin," ujar pejabat senior Kementerian Kesehatan, Vinod Kumar Paul.
Langkah ini akan membebaskan perusahaan dari melakukan uji keamanan lokal untuk vaksin mereka. Keputusan pemerintah itu mengikuti lonjakan kasus terbesar di dunia di India bulan ini.
Kementerian Kesehatan mengatakan vaksin yang disahkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau otoritas di Amerika Serikat, Eropa, Inggris dan Jepang dapat diberikan persetujuan penggunaan darurat di India. "Jika salah satu dari regulator ini telah menyetujui vaksin, vaksin tersebut sekarang siap untuk dibawa ke negara itu untuk digunakan, diproduksi dan diisi-dan-selesai," kata Vinod.
India memiliki kapasitas produksi vaksin global terbesar dan telah mengekspor puluhan juta dosis sebelum permintaannya sendiri melonjak. Keputusan mengekspor ini menyebabkan kekurangan di beberapa negara bagian.
Sejak 2 April, India telah melaporkan jumlah infeksi harian tertinggi. Negara ini melaporkan 161.736 kasus pada Selasa, menjadikan total 13,7 juta, sementara kematian naik 879 menjadi 171.058.
India telah memberikan lebih dari 108 juta dosis vaksin, menjual lebih dari 54,6 juta dosis vaksin di luar negeri dan memberikan lebih dari 10 juta kepada negara-negara mitra. Saat ini mereka menggunakan suntikan AstraZeneca dan vaksin buatan sendiri untuk program imunisasinya. Pekan ini, pemerintah menyetujui suntikan Sputnik V Rusia untuk penggunaan darurat.