Rabu 14 Apr 2021 08:59 WIB

PM Li Keqiang: China dan AS Harus Tingkatkan Komunikasi

Hubungan bilateral antara China dan AS telah menurun ke level terendah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Perdana Menteri Cina Li Keqiang
Foto: Ng Han Guan/AP
Perdana Menteri Cina Li Keqiang

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan, China dan Amerika Serikat (AS) harus meningkatkan komunikasi dan menghormati kepentingan masing-masing. Hal ini diungkapkan Li kepada sekelompok eksekutif senior AS pada Selasa (13/4).

"(Kami perlu) meningkatkan dialog dan komunikasi, dan memperluas kerja sama praktis, mengelola perbedaan dengan benar, dan mendorong hubungan Sino-AS menuju arah stabilitas secara keseluruhan," kata Li seperti dikutip oleh televisi pemerintah.

Baca Juga

Hubungan bilateral antara China dan AS telah menurun ke level terendah dalam beberapa dekade. Di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, permusuhan antara China dan AS semakin terpampang nyata. AS  menuduh China melakukan berbagai kesalahan mulai dari pencurian kekayaan intelektual hingga penyebaran virus Corona.

Li hadir dalam konferensi virtual dengan presiden dan kepala eksekutif dari sekitar 20 perusahaan besar AS. Kebutuhan untuk membuka kembali komunikasi juga digaungkan oleh perwakilan bisnis China kepada lebih dari 40 perusahaan AS. Wakil Direktur Departemen Ekonomi Nasional di Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Cina (NDRC), Zhang Huanteng mengatakan, pengusaha China sangat terbuka untuk mendengarkan keluhan dari perusahaan AS, termasuk jika ada pemaksaan melakukan transfer teknologi dan hak kekayaan intelektual.

"Jika Anda yakin Anda telah dirugikan atau diintimidasi di China, beri tahu kami terlebih dahulu," ujar Zhang.

Zhang mengatakan bahwa, regulator China merasa bingung ketika pertama kali membaca Laporan Bagian 301 AS, yang memicu perang dagang Sino-AS. "Kami akan merasa sangat bersalah jika kami tidak mengetahui banyak hal dan pemerintah AS memberi tahu kami terlebih dahulu," katanya.

Pejabat NDRC memberikan pengarahan kepada sejumlah perusahaan AS termasuk Intel, Johnson & Johnson, dan IBM tentang rencana pengembangan bisnis China 2021-2025. NDRC  mengatakan ada potensi besar bagi perusahaan AS dan China untuk berkolaborasi dalam kendaraan listrik, netralitas karbon, dan ekonomi digital.

"Kami berharap lingkaran bisnis AS dapat bekerja sama dengan NDRC untuk mendorong kapal besar hubungan Sino-AS kembali ke jalur pembangunan yang sehat secepat mungkin," kata Wakil Direktur di Departemen Internasional NDRC, Gao Jian.

Wakil presiden di Tesla, Tao Lin menyambut baik undangan NDRC untuk lebih banyak dialog. “Pejabat di NDRC cukup terbuka jika kami memiliki masalah, kami dapat berbicara dengan mereka. Jadi kami tidak perlu pergi ke markas besar AS, pemerintah asing, dan kemudian kembali ke Cina,” katanya.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement