Kades Lerep Termotivasi Jadi Desa Wisata Spesial Menparekraf
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Susana dan aktivitas di Pasar Jajanan Ndeso, di kawasan embung Sebligo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Ahad (20/10). Keberadaan pasar ini mampu mendorong kunjungan wisata dan menggerakkan ekonomi warga melalui ragam UKM kuliner. | Foto: Republika/Bowo Pribadi
REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Nama Desa Wisata Lerep, di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah kian moncer. Desa wisata di kaki Gunung Ungaran ini disebut menjadi satu dari lima desa wisata spesial karena keunikannya versi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno.
Keunikan Desa Wisata Lerep bahkan sudah disejajarkan dengan beberapa desa wisata lainnya yang selama ini sudah sangat dikenal, karena berada di kawasan destinasi wisata nasional, yang memiliki reputasi internasional di mata para wisatawan mancanegara.
Seperti Desa Adat Penglipuran yang berada di Desa Kubu, Kecamatan/ Kabupaten Bangli, Provinsi Bali serta Desa Wisata Sade di Desa Rembitan, kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sedangkan dua desa wisata spesial lain versi Menparekraf, meliputi Desa wisata Osing Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur serta Desa Wisata Liang Ndara di Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menanggapi hal ini, Kepala Desa (Kades) Lerep, Sumaryadi yang dikonfirmasi mengungkapkan, penilaian Menparekraf tersebut merupakan apresiasi sekaligus motivasi bagi pengelolaan Desa Wisata Lerep ke depan. Ia sendiri mengaku kaget, saat membaca kabar dari Menparekraf dan telah dilansir di berbagai media nasional tersebut.
Sebab apa yang disaksikan oleh Menparekraf saat mengunjungi Desa Wisata Lerep baru sebagian dari atraksi budaya serta kekayaan kearifan lokal masyarakatnya, yang selama ini telah nyengkuyung keberadaan Desa Wisata Lerep.
"Namun, menurut Menparekraf, keunikan yang ada di Desa wisata Lerep sudah layak disejajarkan dengan Desa Adat Penglipuran di Bali atau Desa Adat Sade, di Lombok," ungkapnya, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (14/4).
Seperti inisiatif mendorong nilai tawar hasil pertanian melalui pasar jajanan tradisional demi mengangkat kesejahteraan ekonomi para petani, kemudian desa wisata yang dikembangkan dengan konsep wisata berwawasan lingkungan dengan meniadakan kemasan plastik.
"Termasuk menyediakan jajanan sehat dengan mengunggulkan bahan-bahan organik dan meniadakan bahan- bahan unorganik dan sebagainya, ternyata dinilai menparekraf sebagai keunikan sekaligus juga kekuatan yang dimiliki oleh Desa wisata Lerep," jelasnya.
Bagi Pemerintah Desa Lerep dan seluruh jajaran stakeholder pengelola Desa Wisata Lerep, lanjut Sumaryadi, apresiasi dari Menparekraf ini menjadi satu motivasi. Tentunya untuk memotivasi bagaiman Desa Wisata Lerep bisa terus bertahan dengan semangat konservasi lingkungannya.
Demikian halnya untuk bisa mempertahankan sebagai desa wisata yang mampu memberikan nilai tambah secara keekonoian bagi warganya. Terlebih lagi, Menparekraf juga telah menetapkan desa wisata sebagai program unggulan dalam rangka membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang manfaatnya langsung menyentuh masyarakat.
"Makanya, kami bersyukur dan ini tentu akan menjadi motivasi bagi kami, untuk mempertahankan pengelolaan serta keberlangsungan Desa Wisata Lerep yang mampu menjadi pengungkit perekonomoan masyarakat di desa kami dan desa wisata unggulan di Kabupaten Semarang," kata Sumaryadi.