Rabu 14 Apr 2021 14:49 WIB

Impor Beras Turunkan Harga Beras Dalam Negeri

Pemerintah perlu meningkatkan penyerapan gabah dan beras dalam negeri secara intensif

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolandha
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso menilai, keputusan pemerintah mempersiapkan impor beras saat panen raya kurang tepat. Sebab, akan berdampak kepada pasar beras dalam negeri.
Foto: Muhamad Ibnu Chazar/ANTARA
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso menilai, keputusan pemerintah mempersiapkan impor beras saat panen raya kurang tepat. Sebab, akan berdampak kepada pasar beras dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso menilai, keputusan pemerintah mempersiapkan impor beras saat panen raya kurang tepat. Sebab, akan berdampak kepada pasar beras dalam negeri.

"Harga gabah dan beras akan tertekan dan cenderung akan turun terus," kata Sutarto dalam webinar yang digelar Pusat Kajian Kebijakan Pertanian (Pakta) Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dan Kagama Pertanian, Rabu (14/4)

Untuk itu, ia meminta pemerintah meninjau kembali keputusan impor beras dalam membantu petani agar harga wajar dapat diterima petani. Dengan begitu, petani akan tetap bergairah untuk bertanam padi kembali pada musim-musim selanjutnya.

Pemerintah perlu meningkatkan penyerapan gabah dan beras dalam negeri secara intensif. Selain itu, perberasan nasional perlu dilakukan komprehensif mulai dari hulu, on farm dan hilir dengan kebijakan yang sesuai amanat undang-undang.

Peninjauan terhadap peraturan menteri yang perlu dilakukan seperti harga eceran tertinggi beras, harga pembelian pemerintah dan pelaksanaan bantuan nontunai. Ia merasa, perlu pula revitalisasi penggilingan padi kecil tingkatkan kualitas.

"Serta, mengurangi hasil dan efisiensi. Lalu, penyusunan sistem logistik nasional dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pangan," ujar Sutarto.

Guru Besar Pertanian UGM, Prof Andi Trisyono menilai, 10 tahun terakhir angka produktivitas padi nasional cenderung stagnan. Hal serupa terjadi sisi luasan panen, sedangkan jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat setiap tahun.

"Bila kondisi tersebut terus berlangsung, dikhawatirkan suatu saat Indonesia akan mengalami defisit beras. Misalnya saat ini surplus, tapi di suatu titik akan mengalami minus," kata Andi.

Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr Jamhari menerangkan, ada tiga pendekatan yang bisa dipakai untuk menutup kesenjangan antara ketiganya. Pendekatan tersebut mulai dari ekstensifikasi, diversifikasi pangan, dan intensifikasi.

Ia menambahkan, pemerintah perlu siapkan masyarakat konsumsi pangan lokal. Hal itu penting dilakukan untuk  mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan. Apalagi, kekayaan keanekaragaman hayati akan sumber pangan fungsional lokal yang besar."Juga perlu edukasi yang diiringi dengan inovasi di bidang pengolahan pangan," ujar Hari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement