REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika optimistis kinerja keuangan perusahaan tahun ini akan lebih baik daripada 2020 yang mengalami tekanan akibat pandemi. Direktur Utama Wika Agung Budi Waskito mengatakan, pandemi tahun lalu dalam jangka pendek berimbas pada penurunan pendapatan dan laba perusahaan.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang minus 2,07 persen, penjualan kita turun 39 persen dan laba bersih turun sampai 88 persen," ujar Agung dalam webinar bertajuk Mengukur Infrastruktur di Jakarta, Rabu (14/4).
Agung mengatakan, capaian kontrak perusahaan juga mengalami penurunan dari Rp 41 triliun pada 2019 menjadi hanya Rp 23,3 triliun pada 2020.
Sektor penjualan Wika juga merosot dari Rp 27 triliun pada 2019 menjadi Rp 16,5 triliun pada 2020. Pun dengan laba bersih yang anjlok dari Rp 2,6 triliun pada 2019 menjadi Rp 322 miliar pada 2020.
Agung menyebut, hal ini tak lepas dari perlambatan pasar konstruksi akibat pandemi. Untuk 2021, Agung menaruh optimisme akan membaiknya kinerja perusahaan lantaran adanya proyek pemerintah, proyek BUMN, hingga kembali bergeraknya pasar konstruksi.
"Pada 2021 kami optimistis capaian kontrak bisa tumbuh menjadi Rp 40 triliun. Penjualan bisa sampai Rp 26 triliun dan laba bersih naik menjadi Rp 1 triliun melihat perkembangan terakhir sehingga kita targetkan penjualan, kontrak, dan laba kembali naik," ucap Agung.
Agung bersyukur Wika memiliki portofolio bisnis beragam, mulai dari sektor infrastruktur, gedung, energi dan industrial part, serta operasional luar negeri dengan tujuh anak usaha seperti Wika Beton hingga Wika Realty. Agung menilai portofolio bisnis yang beragam membuat Wika tetap mampu bertahan melewati pandemi covid-19.
"(Pandemi) ini yang buat Wika jatuh bangun tapi tetap bangun terus. Kita ada portofolio yang berbeda dari induk dan anak usaha sehingga kalau katakan saat ini Realty mati, kita masih ada Wika beton, precast, dan lain-lain sehingga sampai saaat ini kita masih tetap eksis," kata Agung.