REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menilai, terlalu dini membicarakan tentang kemungkinan pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Hal itu disampaikan setelah muncul pernyataan dari Biden bahwa dia ingin menormalkan hubungan dengan Moskow.
"Masih terlalu dini untuk membicarakan rincian pertemuan ini (Putin dan Biden). Ini adalah proposal baru dan akan dipelajari serta dianalisis," kata Peskov saat ditanya perihal kemungkinan pemilihan waktu dan tempat pertemuan kedua pemimpin, dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS, Rabu (14/4).
Namun, Peskov tak menampik tentang kemungkinan penyelenggaraan pertemuan. "Para pemimpin sepakat masalah pertemuan semacam itu selanjutnya akan dibahas melalui saluran diplomatik," ujarnya.
Biden dan Putin telah melakukan percakapan via telepon baru-baru ini. Dalam kesempatan itu, Biden pun mengutarakan minatnya bertemu Putin. "Presiden AS mengusulkan untuk mempertimbangkan kemungkinan mengadakan pertemuan pribadi pada tingkat tertinggi pada masa mendatang," kata Kremlin, Selasa (13/4).
Menurut Kremlin, Biden dan Putin menyatakan kesiapan melanjutkan dialog tentang bidang-bidang utama untuk memastikan keamanan global. Hal itu harus memenuhi kepentingan, tidak hanya Rusia dan AS, tapi juga seluruh komunitas internasional.
"Joe Biden menyuarakan minat dalam menormalisasi keadaan di jalur bilateral dan membangun kerja sama yang stabil serta dapat diprediksi pada masalah akut, seperti memastikan stabilitas strategis dan pengendalian senjata, program nuklir Iran, situasi di Afghanistan, dan perubahan iklim global," kata Kremlin.
Itu merupakan panggilan telepon kedua antara Putin dan Biden. Sebelumnya, mereka pernah melakukan percakapan semacam itu pada 26 Januari dan berlangsung sekitar 35 menit. Hubungan Rusia dan AS memanas setelah Biden membuat pernyataan menohok tentang Putin.
Dia menyebut Presiden Rusia itu sebagai pembunuh. Pernyataan itu dibuat Biden saat mengomentari kasus peracunan tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny. Merespons komentar Biden, Rusia menarik duta besarnya untuk AS bulan lalu.