REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia Putri Sakti tidak menyarankan menghangatkan makanan berbuka agar bisa dikonsumsi kembali saat sahur. Ketimbang menghangatkan makanan, Anda bisa misalnya menyiapkan bumbu untuk dua porsi sekaligus, sembari menyiapkan bahan masakan untuk sahur.
"Memang yang terbaik tidak boleh dipanaskan (dihangatkan). Saya sarankan bikin bumbunya untuk dua porsi, saat buka dan sahur. Misalnya membuat sup, bumbu dasarnya dibuat dobel, lalu kaldunya dibuat satu panci besar. Nanti saat sahur tinggal masukkan sayurannya saja dengan harapan kandungan dalam sayuran tidak rusak," kata dia dalam webinar "Dokter Menjawab" bertema dalam "Diet dan Olahraga di Bulan Puasa", Rabu sore (14/4).
Untuk menu sahur, Putri merekomendasikan hidangan berkuah, seperti sup dengan sayuran yang bervariasi atau ditambah bahan lain seperti ayam, daging, atau kacang merah. Jadi, dalam satu hidangan ini juga mencakup sumber vitamin, protein hewani dan nabati.
"Saya pilih kuah-kuahan karena kita membutuhkan menambah cairan untuk seharian, di samping juga tidak ribet membuatnya. Lalu, dengan variasi sayur. Masukkan juga ayam potong atau besoknya dengan daging, kacang merah. Jadi dalam satu kali masak sudah ada protein hewani, nabati dan sayur," kata dia.
Bila ingin menghidangkan ikan balado, Anda juga bisa menambahkan tahu dan tempe. Anda tinggal menambahkan sayuran sebagai lauk lainnya.
Cara ini untuk meminimalisasi waktu memasak agar tidak terlalu lama. "Sayuran baiknya tidak dipanaskan lagi apalagi yang berwarna hijau, kalau nitratnya berubah bisa menjadi karsinogenik juga. Vitamin juga banyak berkurang. Sayur tidak membutuhkan waktu lama dimasak, estimasi lima menit jangan terlalu lama. Sayur sebaiknya jangan dipanaskan, yang mau dipanaskan lauk lain saja misalnya ayam atau dagingnya," kata Putri.