Kamis 15 Apr 2021 16:44 WIB

Surplus Dagang Belum Cukup Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi masyarakat dan pemerintah serta realisasi investasi belum membaik.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung melihat produk umkm yang dipamerkan pada Festival Halal di Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (10/4). Ekonom menilai kinerja surplus neraca perdagangan barang pada kuartal I 2021 dinilai belum cukup untuk membalikkan pertumbuhan ekonomi ke laju positif.
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Pengunjung melihat produk umkm yang dipamerkan pada Festival Halal di Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (10/4). Ekonom menilai kinerja surplus neraca perdagangan barang pada kuartal I 2021 dinilai belum cukup untuk membalikkan pertumbuhan ekonomi ke laju positif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja surplus neraca perdagangan barang pada kuartal I 2021 dinilai belum cukup untuk membalikkan pertumbuhan ekonomi ke laju positif. Para ekonom menilai, laju pertumbuhan nasional pada kuartal pertama tahun ini masih tetap berada pada level negatif atau melanjutkan tren resesi ekonomi.

Ekonom Center of Reform on Economics, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, kontribusu ekspor dan impor terhadap produk domestik bruto (PDB) relatif kecil dibandingkan konsumsi dan investasi. Sementara, perkembangan konsumsi masyarakat dan pemerintah serta realisasi investasi belum menunjukkan perbaikan pada tiga bulan pertama 2021.

"Dari sisi konteks kontribusi ke pemulihan ekonomi, nampaknya belum terlalu terlihat. Kami melihat pertumbuhan masih kisaran -1 sampai -2 persen," kata Yusuf kepada Republika.co.id, Kamis (15/4).

Kendati demikian, Yusuf menilai kinerja ekspor dan impor Indonesia selama kuartal pertama menunjukkan perbaikan. Peningkatan ekspor menunjukkan adanya kenaikan permintaan barang dari pasar luar negeri. Sementara itu, pasar dalam negeri juga mencerminkan adanya peningkatan permintaan.