REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyiapkan strategi wisata alam yang tidak hanya mengandalkan keindahan alam tetapi juga konservasi dan komunitas masyarakat sekitar serta pemanfaatan wisata virtual.
"Kami ingin, tidak hanya nanti tergantung kepada taman nasional atau taman wisata alam, tetapi harus juga ada alternatif di sekitarnya," kata Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) KLHK Nandang Prihadi dalam acara Pojok Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dipantau virtual dari Jakarta, Rabu (14/4) lalu.
Ia mengatakan, KLHK ingin melakukan konservasi yang lebih ketat dan direncanakan taman nasional dan taman wisata alam yang berada di bawah KLHK untuk memiliki jadwal penutupan untuk memastikan alam dapat beristirahat. "Ini di sisi lain memberikan waktu, memberikan kesempatan alam untuk bernapas," tambahnya.
Pertimbangan itu muncul setelah pandemi Covid-19 yang membuat banyak taman nasional mengalami penutupan ternyata memiliki dampak positif kepada alam, dengan penghijauan alami terjadi ketika tidak ada aktivitas masif manusia di beberapa taman nasional. Selain mendorong peran komunitas dan konservasi, KLHK juga mendorong inovasi dalam bentuk wisata virtual atau virtual tourism.
Inovasi itu, menurut dia, selain untuk promosi tapi juga mendukung para pelaku wisata yang selama ini ekonominya terdampak, dengan Nandang memperkirakan terjadi penurunan sekitar 60 persen dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dihasilkan dari wisata ke taman nasional.
Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) KLHK juga mengadakan tur virtual ke berbagai taman nasional sebagai salah satu alternatif selam pandemi. Untuk itu berbagai upaya telah ditingkatkan untuk mengembangkan wisata virtual oleh KLHK seperti koordinasi dan kerja sama dengan pelaku wisata di kawasan konservasi, peningkatan fasilitas penunjang seperti internet dan mengajak mitra untuk bergabung dalam wisata virtual.