REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Prancis pada Kamis (15/4) mengimbau warga dan perusahaannya untuk meninggalkan Pakistan sementara waktu, menyusul unjuk rasa anti-Prancis di seluruh negeri.
Kedutaan Besar Prancis di Islamabad, melalui surel, memperingatkan ancaman serius terhadap kepentingan Prancis di Pakistan. Tehreek-e-Labbaik Pakistan, partai agama sayap kanan, menggelar aksi protes kekerasan di kota-kota besar Pakistan awal pekan ini, mendorong pemerintah untuk melarang aktivitasnya sesuai dengan Undang-Undang Antiterorisme.
Pasukan keamanan telah menahan ketua partai, Saad Rizvi, beserta ratusan pendukungnya dari berbagai penjuru negeri. Sedikitnya empat orang, termasuk dua polisi, tewas, dan ratusan lainnya luka-luka dalam bentrokan selama tiga hari.
Partai itu menuntut pengusiran duta besar Prancis dari negaranya karena karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan di Prancis tahun lalu. Saat itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendukung penerbitan karikatur kontroversial itu, sekaligus menuduh Muslim Prancis sebagai gerakan "separatisme", bahkan menyebut Islam sebagai "agama yang sedang menghadapi krisis".