REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memaparkan penyebab kerusakan ribuan rumah di beberapa desa di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim) akibat gempa bumi dengan magnitudo 6,1 yang berpusat di Kabupaten Malang. Sebanyak 2.174 rumah rusak akibat bencana gempa.
"Kami menyampaikan hasil survei pengukuran dan penghitungan yang dilakukan BMKG setelah terjadi gempa bumi dengan melihat kerusakan bangunan rumah di Lumajang," katanya saat melakukan audensi dengan Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati di Ruang Mahameru Kantor Bupati Lumajang, Kamis (15/4).
Menurutnya hampir semua bangunan yang rusak, bahkan roboh penyebabnya karena faktor konstruksi bangunannya yaitu struktur bangunan rumah warga itu tidak diperkuat dengan kolom. Faktor kedua yakni posisinya itu ada di atas gunung atau di tepi lereng gunung atau disebut perengan, sehingga rumah yang berada di posisi tersebut akan mengalami penguatan getaran dari tanah yang ada.
"Amplifikasi yang kami catat di lokasi beberapa desa di Lumajang yang rumah warganya banyak rusak itu mencapai enam kali dari getaran yang normal," tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, BMKG mengingatkan Pemkab Lumajang apabila melakukan rekonstruksi atau membangun rumah warga korban gempa di lokasi yang sama harus memperhatikan kontruksi bangunannya harus benar-benar mampu bertahan terhadap amplifikasi lebih dari enam kali lipat getaran gempa.
"Jadi rekonstruksinya itu tidak boleh sembarangan dan bangunannya harus didesain mampu bertahan terhadap enam kali amplifikasi getaran," katanya.
Selain itu, Pemkab Lumajang juga harus memperhatikan letak rumah yang akan dibangun dan harus diperhatikan pembangunan rumah itu jangan pada tepi lereng. Kalau memang terpaksa lokasinya di sana, maka konsekuensinya kontruksinya harus diperkuat.
In Picture: Warga Lumajang Robohkan Bangunan yang Rusak Akibat Gempa
Dwikorita mengatakan. BMKG sudah menyampaikan beberapa rekomendasi kepada Pemkab Lumajang pascagempa yakni bahwa daerah selatan di Jawa Timur merupakan daerah rawan gempa. Sehingga, konstruksi bangunan rumah warga harus dicek sesuai kegempaan di wilayahnya.
"Selain itu posisi membangun rumah juga harus diperhatikan kondisi tanah setempat apakah memgalami amplifikasi atau tidak. Kami juga melakukan pemetaan itu," katanya.
Tidak kalah penting, lanjut dia, harus ada edukasi atau literasi kepada masyarakat, agar lebih siap menghadapi potensi terjadinya gempa bumi ataupun bencana lainnya. Sehingga, harus dilakukan pelatihan lebih sering.
Sementara, Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati mengatakan hingga Kamis tercatat data yang telah terhimpun sebanyak 2.174 rumah rusak akibat bencana gempa. Perinciannya, 558 rumah rusak berat, 658 rumah rusak sedang, dan 958 rumah rusak ringan.
"Forkopimda Kabupaten Lumajang sinergitasnya sangat solid dalam penanganan pada warga yang terdampak bencana gempa bumi," kata Indah.