Jumat 16 Apr 2021 07:27 WIB

Obat Bius Mulai Habis, Pasien di Brasil Diikat Saat Intubasi

Tanpa obat bius, pasien yang dipasang ventilator akan menderita sakit luar biasa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang anak laki-laki mengendarai kendaraan dengan teks dalam bahasa Portugis di jendela yang bertuliskan Bolsonaro Out! selama protes terhadap tanggapan pemerintah dalam memerangi COVID-19 dan menuntut pemakzulan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, di Brasilia, Brasil, Sabtu, 21 Februari 2021.
Foto: AP/Eraldo Peres
Seorang anak laki-laki mengendarai kendaraan dengan teks dalam bahasa Portugis di jendela yang bertuliskan Bolsonaro Out! selama protes terhadap tanggapan pemerintah dalam memerangi COVID-19 dan menuntut pemakzulan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, di Brasilia, Brasil, Sabtu, 21 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Rumah sakit di Brasil kehabisan obat penenang dan tabung oksigen yang dibutuhkan untuk pasien Covid-19. Sejauh ini, pasien yang mengalami sakit parah diintubasi tanpa obat penenang yang efektif.

Menteri Kesehatan Marcelo Queiroga mengatakan Brazil sedang dalam pembicaraan dengan Spanyol dan negara lain untuk mengamankan obat darurat. Rio de Janeiro dan Sao Paulo telah menyatakan bahwa mereka kekurangan obat penenang.

Baca Juga

Menurut Menteri kesehatan Sao Paulo, kemampuan untuk merawat pasien Covid-19 yang mengalami gejala parah berada di ambang kehancuran karena kurangnya suplai obat-obatan. "Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan mengalami hal seperti ini setelah 20 tahun bekerja dalam perawatan intensif," ujar seorang dokter ICU di Rio de Janeiro, Aureo do Carmo Filho.

"Menggunakan pengekang mekanis tanpa obat penenang adalah praktik yang buruk, karena pasien akan tersiksa," kata Filho menambahkan.

Obat bius digunakan untuk memasang ventilator kepada pasien Covid-19 yang mengalami gejala parah. Tanpa obat bius, pasien yang akan dipasang ventilator akan menderita sakit luar biasa.

Jaringan televisi Globo melaporkan, seorang pasien di rumah sakit Rio de Janeiro harus diikat di tempat tidurnya untuk tindakan intubasi. Rumah Sakit Albert Schweitzer mengatakan bahwa ada kekurangan obat untuk tindakan intubasi. Menurut rumah sakit tersebut pengikatan pasien di tempat tidurnya digunakan atas saran dokter.

Baca juga : Justin Bieber Ungkap Alasannya Pakai Narkoba

Kelompok bantuan Médecins Sans Frontières (MSF) mengatakan, pemerintah Brasil telah gagal mengatasi pandemi virus korona. Saat ini Brasil mencatat total 361.884 kematian akibat Covid-19. Seorang dokter dan presiden MSF, Christos Christou mengatakan, pandemi Covid-19 di Brasil telah menyebabkan bencana kemanusiaan.

"Setiap minggu ada catatan baru yang suram tentang kematian dan infeksi - rumah sakit meluap namun masih belum ada tanggapan terpusat yang terkoordinasi," kata Christou.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali menolak untuk melakukan lockdown atau penguncian nasional. Bolsonaro menolak tekanan yang meningkat pada pemerintahnya untuk mempertanggungjawabkan penanganannya terhadap situasi pandemi yang memburuk. Bolsonaro telah skeptis terhadap pandemi Covid-19 dan meremehkan ancaman virus. Dia  menentang usulan  para ahli kesehatan masyarakat menyuarakan perlunya menerapkan pembatasan yang ketat untuk mengatasi krisis virus korona.

"Tidak akan ada penutupan nasional. Kami tidak akan menerima politik tinggal di rumah dan menutup semuanya,” kata Bolsonaro dalam pidatonya di kota Chapeco, dilansir Aljazirah.

Brazil meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari, tetapi sejauh ini hanya 8 persen dari populasi yang telah diimunisasi di tengah persediaan dosis yang terbatas. Brasil sejauh ini mendapatkan vaksin dari AstraZeneca dan Sinovac China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement