Jumat 16 Apr 2021 11:18 WIB

Sejumlah Warga Afghanistan Khawatir Taliban Kembali Berkuasa

Muncul kekhawatiran perang saudara di Afghanistan.

Dalam foto 12 September 2020 ini, delegasi Taliban datang untuk menghadiri sesi pembukaan pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha, Qatar. Pada 31 Januari 2021, Rasul Talib, anggota tim negosiasi perdamaian pemerintah Afghanistan memperingatkan Taliban bahwa jika mereka tidak segera melanjutkan pembicaraan damai di Qatar, pemerintah dapat memanggil kembali tim tersebut sebelum kesepakatan tercapai. Talib mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim sedang menunggu kembalinya kepemimpinan Taliban ke Doha, Qatar, tempat putaran kedua pembicaraan damai dimulai bulan ini tetapi hanya mengalami sedikit kemajuan.
Foto: AP/Hussein Sayed
Dalam foto 12 September 2020 ini, delegasi Taliban datang untuk menghadiri sesi pembukaan pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha, Qatar. Pada 31 Januari 2021, Rasul Talib, anggota tim negosiasi perdamaian pemerintah Afghanistan memperingatkan Taliban bahwa jika mereka tidak segera melanjutkan pembicaraan damai di Qatar, pemerintah dapat memanggil kembali tim tersebut sebelum kesepakatan tercapai. Talib mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim sedang menunggu kembalinya kepemimpinan Taliban ke Doha, Qatar, tempat putaran kedua pembicaraan damai dimulai bulan ini tetapi hanya mengalami sedikit kemajuan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan tidak mendapatkan sambutan baik bagi warga lokal. Mereka merasa penarikan tersebut tidak akan menimbulkan keuntungan.

"Penarikan itu bukan untuk keuntungan kami," kata pekerja untuk sebuah LSM asing di Kabul, Mohammad Edriss.

Baca Juga

Pria berusia 31 tahun ini melihat, langkah penarikan pasukan asing di negara itu hanya akan mendatangkan kekerasan. "Akan ada kekerasan, ketidakamanan akan meningkat secara dramatis, dan sekali lagi orang Afghanistan akan mulai meninggalkan Afghanistan dan mencari suaka di negara lain," katanya.

Banyak orang Afghanistan khawatir bahwa Taliban akan semakin mendekati kekuasaan tanpa kehadiran militer AS. Kelompok ekstremis itu memerangi Pemerintah Afghanistan yang didukung AS dan sudah menguasai sebagian besar wilayah pedesaan di kabupaten itu.

Pertempuran melonjak tahun ini, bahkan ketika Taliban terlibat dalam pembicaraan damai dengan negosiator pemerintah. Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikeluarkan Rabu (14/4) mengatakan telah terjadi peningkatan 29 persen dalam jumlah warga sipil yang tewas dan terluka selama tiga bulan pertama pada 2021 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.

Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, mengatakan menghormati keputusan AS. Namun, ketua parlemen Afghanistan, Mir Rahman Rahmani, memperingatkan bahwa negara itu mungkin akan mengalami perang saudara.

"Penarikan pasukan ini adalah keinginan rakyat Afghanistan, tetapi pada saat ini, kondisi belum dibuat untuk mewujudkannya. Ada kemungkinan kembalinya perang saudara dan ini akan mengubah Afghanistan menjadi pusat internasional. terorisme, "kata Rahmani.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement