REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur melaporkan sedikitnya ada 40-an unit kapal nelayan terdampak badai siklon tropis Seroja yang mengakibatkan kapal hilang maupun mengalami kerusakan berat.
"Hasil pendataan kami sementara ini ada dua kapal nelayan yang hilang dan 44 rusak berat bahkan ada yang hingga saat ini masih tenggelam di sekitar pesisir," kata Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi HNSI Kota Kupang Abdul Wahab Sidin kepada Antara di Kupang, Jumat (16/4).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dampak badai siklon tropis Seroja yang melanda Kota Kupang pada 4-5 April lalu terhadap kapal-kapal nelayan di wilayah itu. Wahab Sidin menjelaskan kapal nelayan yang hilang merupakan kapal pole and line atau kapal cakalang milik nelayan bernama Muhammad Nasir.
Kapal tersebut hilang karena diterjang badai Seroja dan diperkirakan tenggelam ke dasar laut di sekitar Perairan Hansisi, Pulau Semau, Kabupaten Kupang."Sampai sekarang keberadaan kapal tidak bisa terdeteksi," kata Abdul Wahab yang juga nelayan yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Tenau itu.
Selain itu puluhan kapal lain berupa hand line, mini purse seine, pancing tenggiri, bodi angkut ikan, dan jaring dasar juga mengalami kerusakan berat akibat badai Seroja. Sebagian kapal, lanjut Wahab bahkan hingga saat ini masih tenggelam di sekitar perairan pesisir Kota Kupang.
Ia mengatakan nelayan setempat mengalami kerugian yang berlipat ganda, selain kondisi rumah yang rusak akibat badai, kapal-kapal yang menjadi sumber mata pencaharian juga lenyap. Oleh karena itu pihaknya meminta pemerintah kota mupun provinsi agar memperhatikan nasib nelayan setempat agar bisa bangkit dari keterpurukan ini.
"Nelayan perlu dibantu baik kebutuhan pokok maupun sarana kapal agar nelayan bisa kembali melaut karena dampaknya bisa meluas terutama pasokan ikan akan berkurang dan harga bisa naik drastis," katanya.