Jumat 16 Apr 2021 17:31 WIB

Rupiah Menguat Dipicu Turunnya Obligasi

Pertumbuhan ekonomi China yang melesat juga mendorong penguatan rupiah.

Red: Friska Yolandha
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (10/9) ditutup melemah 56 poin atau 0,38% ke level Rp14.855 per dollar AS, dari perdagangan hari sebelumnya yaitu Rp14.799 per dollar AS.
Foto: Antara/Reno Esnir
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (10/9) ditutup melemah 56 poin atau 0,38% ke level Rp14.855 per dollar AS, dari perdagangan hari sebelumnya yaitu Rp14.799 per dollar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat pada akhir pekan, dipicu turunnya imbal hasil (yield) obligasi AS dan melonjaknya ekonomi China. Rupiah pada  Jumat (16/4) ditutup menguat 50 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp 14.565 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.615 per dolar AS.

Analis HFX International Berjangka Ady Phangestu di Jakarta, Jumat, mengatakan, sentimen positif terlihat dari penguatan Wall Street hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa yang diikuti bursa Asia pagi ini.

Baca Juga

"Selain itu, imbal hasil obligasi AS sedang mengalami penurunan dan berada di level terendah satu bulan yaitu 1,53 persen. Ini bisa memicu terjadinya capital inflow bagi Indonesia yang dapat menjadi tenaga bagi rupiah," ujar Ady.

Dalam sepekan terakhir, lanjut Ady, rupiah masih menguat sekitar 0,11 persen dalam perdagangan yang mendatar, mesti sempat melemah hingga Rp 14.645 per dolar AS. Harga Rp 14.500 per dolar AS masih menjadi harga acuan untuk sementara waktu sebagai harga tengah.