REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, meminta masyarakat mewaspadai penyebaran demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya sehubungan dengan datangnya peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. "Pada masa peralihan ini memang rawan terjadi peningkatan populasi nyamuk karena tempat perkembangbiakan dan pertumbuhan larva didukung banyaknya genangan air," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto di Pekalongan, Jumat (16/4).
Menurut dia, penyakit DBD dan chikungunya disebabkan oleh infeksi virus yang ditimbulkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. "Nyamuk aedes aegypti ini memang mudah berkembang biak di daerah tropis seperti halnya di Kota Pekalongan. Oleh karena, kami minta perlu meningkatkan kewaspadaannya dengan menjaga lingkungan yang sehat," katanya.
Ia yang didampingi Epidemolog Dinkes setempat Opick Taufik mengatakan lingkungan yang kotor akan memudahkan nyamuk berkembang biak. Penyakit chikungunya, kata dia, penyebabnya sama seperti DBD yaitu karena gigitan nyamuk aedes aegypti yang berkembangbiak pada genangan air jernih. Seperti air sisa hujan. Hanya saja virus yang dibawa berbeda.
Adapun dalam pencegah penyebaran chikunguya dan DBD, menurut dia, dinkes telah melakukan pengasapan (fogging) massal yang dilaksanakan di 10 kelurahan. "Memang kami memfokuskan melakukan pengasapan di 10 kelurahan itu karena wilayahnya termasuk endemis. 10 kelurahan tersebut antara lain Banyurip, Buaran, Kradenan, Podosugih, Klego, Noyontaan, dan Kuripan Yosorejo," katanya.
Menurut dia, bagi seseorang yang terindikasi DBD dan chikungunya akan timbul gejala seperti sakit kepala, demam, nyeri otot, dan sendi membengkak. Untuk mengantisipasi penyebaran DBD maupun chikungunya, kata dia, dinkes menerjunkan petugas jumantik yang secara rutin memeriksa secara berkala dan melakukan pelacakan bagi warga yang terjangkiti penyakit itu.
"Kami berharap warga meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dengan rajin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus," katanya.Ia menambahkan hingga Januari hingga April 2021, jumlah penderita DBD mencapai sebanyak enam orang. Adapun jumlah penderita DBD pada 2020 sebanyak 85 orang, lima penderita di antaranya meninggal dunia.