REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Norwegia mengumumkan telah menandatangani perjanjian yang direvisi dengan Amerika Serikat (AS) tentang aktivitas militer di wilayahnya. Perjanjian ini akan mengizinkan Washington membangun fasilitas di tiga lapangan udara Oslo dan satu pangkalan angkatan laut, meski tidak akan menjadi pangkalan AS yang terpisah.
"Perjanjian tersebut mengatur dan memfasilitasi kehadiran, pelatihan, dan latihan AS di Norwegia, sehingga memfasilitasi penguatan cepat AS atas Norwegia jika terjadi krisis atau perang," kata pemerintah.
Kesepakatan yang dibuat oleh pemerintah Perdana Menteri Erna Solberg harus diratifikasi oleh parlemen Norwegia sebelum diberlakukan. "Kerja sama kami dengan sekutu kami sedang dalam pengembangan berkelanjutan. Perjanjian tersebut menegaskan kembali hubungan dekat Norwegia dengan AS dan menegaskan posisi kunci Norwegia di sisi utara NATO," kata Menteri Luar Negeri Norwegia, Ine Eriksen Soereide.
Norwegia berbagi perbatasan pendek Arktik dengan tetangga raksasa Rusia. Hubungan antara kedua negara berangsur-angsur membaik setelah era Perang Dingin sebelum mengalami kemunduran ketika Moskow mencaplok Krimea pada 2014.
Hal itu memicu ketegangan di utara dengan peningkatan militer di kedua sisi perbatasan dan manuver militer yang lebih sering. Namun, kedua negara juga berusaha untuk bekerja sama dalam masalah lokal seperti perjalanan lintas batas dan perikanan.
Sejak bergabung dengan NATO sebagai anggota pendiri pada 1949, Norwegia mengatakan tidak akan mengizinkan pangkalan asing didirikan di masa damai atau penimbunan senjata nuklir. Meskipun pemerintah mempersilahkan pasukan Barat untuk berlatih di wilayahnya.
"Kebijakan kami mengenai penempatan pasukan asing di wilayah Norwegia, penimbunan atau penyebaran senjata nuklir dan kunjungan pelabuhan tetap tidak berubah," kata Soereide.